Home Ekonomi 11 Tahun Berkiprah, Bukalapak Berdayakan 13,5 Juta UMKM

11 Tahun Berkiprah, Bukalapak Berdayakan 13,5 Juta UMKM

Jakarta, Gatra.com - CEO PT Bukalapak.com TBK, Rachmat Kaimuddin mengungkapkan komitmen Bukalapak dalam memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) guna mewujudkan keadilan ekonomi bagi seluruh masyarakat.

"Bukalapak didirikan 11 tahun yang lalu secara sederhana tapi dengan mimpi dan misi yang besar. Walau pun didirikan dari kamar kos kecil dengan dimulai kos-kosan dan modal dari Rp80 ribu tapi punya tujuan besar memajukan UMKM lewat teknologi." ujar Rachmat dalam acara Public Expose Penawaran Saham Perdana PT Bukalapak.com Tbk, pada Jumat (09/07).

Bukalapak memiliki mimpi besar untuk menciptakan akses jual-beli yang adil dan merata bagi setiap orang. Saat ini, Bukalapak tercatat telah melayani lebih dari 6,5 juta pelapak dan 8 juta Mitra Bukalapak, dengan 100 juta pengguna aplikasi dari seluruh penjuru Indonesia.

Meski demikian, Rachmat mengungkapkan bahwa masalah yang harus dihadapi oleh para pelaku UMKM lokal terbilang kompleks. Banyak UMKM yang kesulitan mengembangkan bisnisnya karena tidak memiliki akses terhadap permodalan dan layanan jasa keuangan.

Selain itu, Rachmat menyebutkan kendala logistik dan infrastruktur yang kerap kali dihadapi oleh UMKM, khususnya di luar kota-kota besar yang membuat akses terhadap pasar, pelanggan, dan pasokan menjadi tidak merata.

Rachmat menambahkan bahwa UMKM juga masih banyak yang belum tersentuh teknologi dan sistem manajemen yang modern sehingga masih harus menjalankan usahanya secara manual. “Ragam tantangan inilah yang ingin Bukalapak atasi dan sebagai permasalahan yang harus dipecahkan,” ujarnya

Bukalapak berkomitmen untuk menciptakan solusi kepada UMKM untuk mendapatkan akses terhadap layanan permodalan dan jasa keuangan, memudahkan terhadap akses pasar, dan mampu menambah produk dengan mudah dan terpenting mampu mengadopsi teknologi dan proses bisnis yang lebih baik.

"Inilah masalah yang ingin kami pecahkan dan tantangan yang ingin kami atasi. Bagaimana membuat teknologi yang dapat mendorong UMKM naik kelas dan membantu melayani masyarakat yang saat ini belum terlayani,” ujar Rachmat,

Solusi yang pertama kali dihadirkan Bukalapak adalah lokapasar daring untuk mengatasi kendala jarak dan permodalan dan memperluas skala konsumen. Kendati demikian, pada implementasinya, solusi tersebut masih belum dapat dilakukan secara merata. Transaksi saat ini baru didominasi oleh kota-kota besar.

"Ternyata 70 persen nilai transaksi ecommerce datang dari 5 kota besar di Indonesia, atau tier-I cities. Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Semarang. Padahal jumlah penduduk di kota-kota tier-I tersebut 10 persen dari penduduk Indonesia. Berarti 90 persen penduduk Indonesia di luar kota ini hanya melakukan 30 dari nilai transaksi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Rachmat menjelaskan bahwa secara perkapita perbandingan Volume Barang Dagangan Kotor (gross merchandise volume/GMV) antarpenduduk kota besar dan luar kota besar adalah 20 : 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di luar kota tier 1 belum mendapatkan pelayanan optimal dalam lokapasar daring.

Melihat fakta tersebut, Bukalapak mengambil inisatif untuk menjembatani antara luring dan daring.menggunakan solusi kearifan lokal, yaitu warung sebagai tempat bertransaksi daring. Pasalnya untuk sebagian besar masyarakat di luar kota besar warung dinilai aman untuk bertransaksi.

“Oleh karena itu kami menciptakan mitra bukalapak, aplikasi untuk membuat ritel luring mengadopsi daring,” ujarnya.

“Bekerja sama dengan Mitra Bukalapak, kami dapat membuat warung-warung mengejar ketertinggalan tersebut, seperti menawarkan layanan pengantaran Next Day di FMCG ( fast moving consumer goods), memungkinkan UMKM untuk mendapatkan akses kepada banyak produk dengan harga lebih murah,” pungkas Rachmat.

115