Home Kesehatan Ridwan Kamil: Urusan Covid-19 Tak Bisa Menunggu, Harus Proaktif

Ridwan Kamil: Urusan Covid-19 Tak Bisa Menunggu, Harus Proaktif

Bandung, Gatra.com – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengungkapkan bahwa salah satu cara ampuh untuk mengendalikan Covid-19 adalah sikap yang pro aktif dan tidak banyak menunggu dalam menentukan arah kebijakan.

Kang Emil menyatakan bahwa bagi Pemprov Jawa Barat, sikap proaktif adalah satu dari lima langkah yang mereka ambil dalam menangkal lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini. Empat langkah lainnya adalah transparan, saintifik, inovatif, dan kolaboratif.

“Selalu proaktif, ya. Contohnya hari Rabu Pak Jokowi akan launching obat gratis buat isoman. Nah, Jawa Barat kan sudah melakukan tujuh hari yang lalu,” ujar Kang Emil dalam konferensi pers virtual yang digelar tadi pagi, Senin, (12/7).

“Itu menandakan kami lebih dulu dan mencoba selalu proaktif, ya, berdasarkan keluhan warga karena Covid ini enggak harus selalu menunggu lah poinnya begitu. Kesamaan strategi harus sama, cuman responsif rate-nya harus lebih cepet karena kita di lapangan,” ucap Kang Emil.

Seperti diketahui, pada 4 Juli 2021 lalu Ridwan Kamil secara resmi memutuskan untuk menghentikan atau menunda sejumlah 11 proyek infrastruktur senilai Rp140 miliar. Dana tersebut ia alihkan untuk obat-obatan dan suplemen bagi pasien-pasien Covid-19 di Jawa Barat yang sedang melangsungkan isolasi mandiri (isoman) dan mengalami kesulitan finansial.

Kemudian, Kang Emil juga menekankan transparansi dengan mengadakan jumpa pers. “Kalau baik, bilang baik. Kalau buruk kita hadapi sama-sama,” ujarnya.

Lalu, Kang Emil juga menaruh perhatian pada keilmiahan dalam menangani lonjakan kasus ini. Ia menggandeng Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk diajak bekerja sama.

“Saya sebagai pengambil keputusan harus ilmiah ngambil keputusannya, bukan pakai feeling atau pendekatan politik,” ujarnya.

Di samping itu, Pemprov Jawa Barat juga berinovasi dengan menyediakan layanan telekonsultasi untuk pasien-pasien yang melakukan isoman. Ia mengklaim bahwa setelah layanan tersebut dibuka, terdapat sebanyak 25.122 orang yang berkonsultasi karena kebingungan soal obat-obatan dan gejala-gejala yang dialami selama isoman.

Langkah yang terakhir adalah kolaborasi. Kang Emil pun bersedia menerima bantuan CISDI untuk menambah tenaga kesehatan untuk layanan telekonsultasinya. Ia menyebut bahwa saat ini telekonsultasi di Jawa Barat masih terkendala karena jumlah dokternya hanya sebanyak 13 dokter. Dengan demikian, dari jumlah konsultasi sebanyak 25,122 tersebut di atas, baru 49,62% yang sudah terlayani.

Selain itu, Kang Emil juga menggandeng CISDI untuk menambah jumlah tracer demi menjemput bola menemukan orang-orang sakit. Lalu, ibu-ibu PKK yang berusia tidak terlalu sepuh, pemuda Karang Taruna, dan Posyandu pun diajak berkolaborasi untuk menjadi tracer tambahan.

Kolaborasi bersama beberapa kelompok sosial ini merupakan langkah proaktif Kang Emil dalam menangkal laju Covid-19 baru-baru ini. Ia tak ingin menunggu, tapi ingin menjemput bola.

“Kalau kita hanya jaga gawang seperti ini, kan berarti ngurus kedaruratan lah ibaratnya. Nah jadi kita harus ofensif. Nah, ofensifnya itu adalah mencari orang sakit,” ujar Kang Emil.

167