Home Kesehatan Pahami Penyebab Nyeri Kepala dan Cara Penanganannya

Pahami Penyebab Nyeri Kepala dan Cara Penanganannya

Jakarta, Gatra.com - Pernah mengalami nyeri kepala? Nyeri kepala bagian mana yang pernah dialami? Nyeri kepala sebelah, kepala bagian belakang atau lainnya?
Ternyata ada beberapa jenis nyeri di kepala. Apa sebabnya dan bagaimana mengatasinya?

Melalui edukasi online, dr. Riezky Valentina Astari, Sp.S., dari Siloam Hospitals Jantung Diagram, menjelaskan, berdasarkan klasifikasi, nyeri kepala terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu Nyeri Kepala Primer yang biasanya seperti Migrain, Nyeri kepala Tipe Tegang serta ada Nyeri Kepala Tipe Kluster.

Kedua Nyeri kepala Sekunder, yakni Nyeri Kepala karena cedera kepala, infeksi, dan stroke. Juga gangguan mata, telinga, hidung serta sinus, gigi dan mulut. Juga konsumsi obat, makanan, serta substansi, gangguan psikiatri dan lainnya.

"Kemudian ada pula Nyeri Kepala lainnya, yaitu yang tidak termasuk dari 2 kategori diatas," jelas dr Riezky dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (17/7).

Berdasarkan gejala, yang dirasakan pada sakit kepala Migren yaitu satu sisi kepala dengan perasaan nyeri sedang sampai dengan nyeri berat. Terasa berdenyut dan semakin nyeri jika disertai aktifitas.

Sehingga nyeri kepala Migren cenderung ingin beristirahat atau menutup mata dengan durasi yang berlangsung antara 4 jam sampai 72 jam. "Penyerta akan merasakan gejala mual, muntah, fotofobia, fonofobia, aura," jelasnya.

Sementara untuk Nyeri Kepala Tipe Tegang, yaitu merasakan nyeri pada kedua sisi kepala dengan perasaan seperti ditindih beban berat. "Tingkat nyeri sedang namun tidak mengganggu aktifitas dengan durasi yang bervariasi," ujar dr. Riezky.

Adapun untuk Nyeri Kepala Kluster merasakan nyeri pada satu sisi kepala, umumnya di sekitar mata. Nyeri yang dirasakan terus menerus semakin berat hingga membuat pasien gelisah, durasi nyeri yang dirasakan sekitar 30 menit sampai 3 jam.

"Gejala yang dialami adalah mata merah, hidung berair, berkeringat, kelopak mata bengkak," papar dr Riezky.

Menurutnya, penanganan nyeri di kepala dapat dilakukan lewat pemeriksaan penunjang. Misalnya pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin, elektrolit, glukosa darah, profil lipid dan lainnya. Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala juga dapat dilakukan jika ada indikasi.

Dijelaskan dr. Riezky Astari, tata laksana nyeri kepala dapat dibedakan menjadi terapi abortif, terapi preventif, dan terapi non obat. Terapi abortif bertujuan untuk mengobati episode nyeri kepala yang sedang dialami menggunakan obat-obatan jenis analgesik atau antimuntah.

Selanjutnya, terapi preventif dapat dilakukan untuk mengurangi frekuensi, berat, dan lama serangan nyeri kepala. Terapi preventif diharapkan dapat meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan sehingga pada akhirnya dapat mengurangi biaya pengobatan pasien.

Terapi non-obat yang dapat dilakukan pasien nyeri kepala yaitu menghindari dan atau mengelola faktor pencetus nyeri kepala. Misalnya perubahan pola tidur, makanan, stress, rutinitas, cuaca, lingkungan tempat tinggal.

"Hingga melakukan teknik relaksasi, menghindari merokok atau konsumsi alkohol, serta mempertahankan kualitas tidur yang baik," paparnya.

608