Home Ekonomi Covid-19, Pendapatan UMKM NTB Anjlok

Covid-19, Pendapatan UMKM NTB Anjlok

Mataram, Gatra.com- ESPE Sydicate kembali menggelar dialog interaktif secara daring. Kali ini membedah situasi penanganan Covid-19 di NTB dan bagaimana ketahanan ekonomi Bumi Gora. Diskusi membahas situasi pandemi yang belum pasti kapan akan berakhir, belanja pemerintah rupanya kini menjadi harapan satu-satunya untuk menjaga ekonomi daerah tetap berdenyut.

 

Founder ESPE Syndicate Sirra Prayuna mengatakan, diskusi digelar untuk menghadirkan solusi bagi upaya-upaya menjaga ketahanan ekonomi dan sosial masyarakat NTB di tengah situasi sulit akibat pandemi.

Sirra menegaskan optimismenya bahwa seluruh ikhtiar yang dilakukan pemerintah dalam upaya menangani pandemi Covid-19 saat ini, pada akhirnya akan berbuah manis. Termasuk upaya-upaya untuk mencegah warga terpapar Covid-19 yang kini sudah memiliki varian dengan penularan sangat cepat.

Namun begitu, kata pengacara kondang ini, di tengah-tengah upaya penanganan kesehatan tersebut, yang tidak kalah pentingnya juga adalah bagaimana menjaga kesinambungan ekonomi masyarakat, pedagang kaki lima, usaha mikro kecil dan UMKM. “Karena itu, perlu rangkaian sousi dari semua pihak. Di balik kegalauan, jangan sampai terjadi pesimisme masyarakat. Jangan sampai ada pembangkangan sosial. Ini semua menjadi ujian yang harus kita sadari sama-sama,” kata Sirra, Jumat (23/7).

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM NTB H Wirajaya Kusuma menyatakan, banyak UMKM di NTB yang kini terpuruk. Pandemi yang sudah berlangsung lebih dari setahun telah menyebabkan pendapatan UMKM di NTB anjlok. Omzet mereka turun drastis lantaran permintaan yang menurun drastis pula. Imbasnya kemudian berpengaruh pula pada daya beli.

Ketua Kadin NTB H Faurani juga mengemukakan, bagaimana kalangan dunia usaha di NTB kini dalam kondisi yang menyedihkan. Karena itu, kata Faurani, para pelaku usaha kini sangat berharap peranan pemerintah yang cepat dan tepat. Terutama dari sisi kebijakan dan regulasi. “Dampak pandemi sangat memukul dunia usaha,” katanya.

Banyak perusahaan yang kini berhenti beroperasi. Jika pun masih ada yang beroperasi, mereka harus merumahkan sebagian karyawan mereka. Sehingga imbasnya kata Faurani, harus diakui berkontribusi pada meningkatnya jumlah pengangguran di NTB. “Begitu juga kalau kita lihat masyarakat sekarang. Rata-rata sedang kebingungan. Karena itu, sangat penting kita bicara soal daya tahan di sini,” katanya.

Mungkin kata Faurani, bagi masyarakat yang masih memiliki tabungan, tatkala ada pembatasan di tengah PPKM Darurat, atau PPKM Level IV yang diberlakukan pemerintah saat ini, mereka yang memiliki tabungan tidak mengeluh. Namun, hal sebaliknya akan terjadi pada masyarakat yang tidak punya saving sama sekali.

1583