Home Ekonomi Pertama di Purworejo, Pembuatan Garam Secara Organik

Pertama di Purworejo, Pembuatan Garam Secara Organik

Purworejo, Gatra.com - Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah,  memiliki panjang pantai sekitar 22 Km. Melihat kondisi tersebut, daerah pesisir selatan Purworejo sangat berpotensi menjadi sentra penghasil garam. 
 
Hal itu disampaikan oleh Bupati Purworejo, Agus Bastian, saat meninjau lokasi pembuatan garam di pantai Desa Patutrejo, Kecamatan Grabag, Selasa (27/7). Bupati didampingi oleh Asisten Administrasi dan Kesra, Pram Prasetya Ahmad, Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Wasit Diono, serta Kabag Humas Protokol Rita Purnama. 
 
Usaha pembuatan garam tersebut dikembangkan oleh petani yang tergabung dalam  Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar) Pendowo Limo. Saat berdialog dengan para petani garam, Agus Bastian mendorong agar pembuatan garam terus dikembangkan. 
 
"Apalagi ada informasi kalau garam organik atau yang sering disebut garam krokos ini bisa digunakan dengan cara tertentu untuk kesehatan, karena kandungan NaCl yang sangat tinggi mampu melepaskan virus yang menempel di organ tubuh," kata Bastian.
 
Secara terpisah, Kadinas PPKP, Wasit Diono mengungkapkan bahwa, pembuatan garam dilakukan memanfaatkan lahan bekas tambak udang dengan menggunakan sistem tunnel. "Pengenalan produksi garam sistem tunnel, sudah dilakukan sejak tahun 2018 oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal bekerjasama dengan Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Kabupaten Purworejo," terang Wasit.
 
Menurutnya, hasil produksi garam sistem tunnel yang sudah pernah dilakukan sebagai percontohan, merupakan jenis garam organik pansela yang mempunyai kandungan NaCl 97,49%  dan berwarna putih bersih.
 
"Hasil kajian itu merupakan analisis Sucofindo Semarang pada tanggal 3 Mei 2021, sehingga garam ini dapat dimasukkan sebagai garam industri," jelasnya.
Penggaraman sistem tunnel merupakan metode baru, yaitu model tertutup dengan lahan teras siring. Penerapan model tertutup bertujuan agar produksi garam bisa berlangsung sepanjang tahun, walaupun musim hujan. 
 
Meski berada dalam ruang yang tertutup plastik, tetap ada panas sehingga proses kristalisasi dapat terjadi. Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat agar air dapat mengalir kapan saja dengan gaya gravitasi.
 
"Sistem pembuatan garam ini adalah secara organik tidak menggunakan bahan kimia tambahan apapun serta ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Sehingga produk yang dihasilkan adalah garam organik," jelasnya.
 
Ditambahkannya bahwa, sampai pertengahan tahun 2021 ini, produksi garam terus meningkat dari 2, 2 ton di Bulan Januari, menjadi 3, 1 ton pada Bulan Mei. Produk yang dihasilkan berupa garam krosok dengan harga  Rp.2500/Kg, Rp4.000/Kg dan Rp. 5.000/Kg.
 
"Pemasaran dilakukan dalam bentuk curah dan kemasan 200 gr , 1.000 gr, 5.000 gr maupun 25 Kg. Produk garam ini digunakan untuk keperluan pupuk tanaman, suplemen pakan ternak, pakan ikan dan pakan udang. Bahkan dipergunakn untuk pengobatan dan sebagainya," pungkas Wasit.

 

2448