Home Milenial Ubah Mindset Saat PPKM Darurat, 500 SMK Ingin Jadi Sekolah Menyenangkan

Ubah Mindset Saat PPKM Darurat, 500 SMK Ingin Jadi Sekolah Menyenangkan

Yogyakarta, Gatra.com - Sekitar 500 kepala sekolah SMK di Indonesia berkomitmen mengubah cara pandang dalam pembelajaran. Langkah itu dapat berdampak pada perbaikan iklim sekolah, perilaku pengajaran dan pembelajaran yang baru, serta karakter dan kompetensi siswa.

Hal itu mengemuka dalam kick off pendampingan Sekolah Menyenangkan berbasis metode Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) secara daring, Kamis (29/7) dari Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Nur Rizal, pendiri GSM, menjelaskan program pendampingan untuk 500 kepala SMK digelar melalui Kelas Perubahan selama 17 minggu sejak masa PPKM Darurat ini hingga Desember tahun ini. Program ini bentuk kerjasama dengan Direktoral Jendral Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

"Peserta akan dilatih strategi perubahan mindset agar dapat diterapkan di sekolah, pembelajaran yang lebih menekankan penalaran dan kesadaran diri, dan kepemimpinan dan pengelolaan agar kepala sekolah dapat menginisasi pembaruan pendidikan di sekolah," tutur dia dalam pernyataan tertulis.

Novi Candra, co-founder GSM sekaligus dosen psikologi UGM, mengatakan, Kelas Perubahan didesain untuk membantu kepala sekolah membangun perubahan mindset dan perilaku secara komunal melalui community development yang lebih tersistematis.

"Perubahan secara komunal ditekankan dalam kelas ini karena pendekatan ini dipercayai oleh GSM dapat merubah keyakinan dan perilaku," ujarnya.

Kelas ini diikuti kepala sekolah dan 3 orang wakil sekolah. Pendekatan pengajaran berupa andragogi, yakni proses belajar peserta harus terkoneksi antara pengalaman dan kebutuhan mereka.

"Sehingga, kelas ini tidak akan menyita banyak waktu peserta seperti pelatihan pada umumnya karena peserta akan banyak mempraktikkan konsep yang didapat di Kelas Perubahan untuk diimplementasikan di sekolahnya," ujarnya.

Selain itu, Kelas Perubahan juga memiliki materi tentang pengembangan praktik bersama antar-guru di sekolah dan antar-sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru di luar pelatihan resmi.

“Kelas Perubahan ini tidak hanya sekedar kelas yang diisi materi tentang perubahan, tetapi bertujuan untuk memastikan terbentuknya komunitas belajar yang mengarah ke profesionalisme guru baru yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi abad-21,” jelas Novi.

Rizal menjelaskan, peran kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan akan menjadi fokus utama Kelas Perubahan. “Proses pembaharuan ini diharapkan dapat mengakar kuat menjadi ekosistem dan budaya sekolah yang adaptif dan siap untuk mengantisipasi perubahan akibat disrupsi teknologi saat ini,” ujar Rizal.

1198