Home Internasional Studi: Vaksin Pfizer COVID-19 Kurang Efektif dalam 6 Bulan

Studi: Vaksin Pfizer COVID-19 Kurang Efektif dalam 6 Bulan

Washington, D.C, Gatra.com – Sebuah studi baru menyebutkan bahwa efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 berkurang selama enam bulan. Meski para ahli mengatakan studi itu masih belum menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk diberikan suntikan booster.

Dikutip NBC news.com, Kamis (29/7), studi tersebut memang belum pernah diterbitkan dalam jurnal medis, namun sebelumnya diungkapkan bahwa vaksin tersebut 97 persen efektif untuk mencegah penyakit yang berat dari Covid-19, setidaknya dapat bertahan selama enam bulan. 
Studi baru yang didanai pihak perusahaan menunjukkan bahwa sementara tingkat kemanjuran vaksin Pfizer mencapai puncaknya 96,2 persen dalam dua bulan pertama setelah dosis kedua. Namun itu akan “menurun secara bertahap” dalam empat bulan mendatang.

Menurut penelitian yang mengamati respon imun lebih dari 44.000 peserta, kemanjuran vaksin menurun sekitar enam persen setiap dua bulan.

Penelitian baru itu juga melihat data tindak lanjut yang dikumpulkan hingga 13 Maret pada lebih dari 44.000 orang yang berpartisipasi dalam uji klinis Fase 3 Pfizer tahun lalu. Orang-orang menerima dua dosis vaksin atau dua dosis plasebo dengan selang waktu tiga minggu. Karena penelitian hanya melihat data hingga pertengahan Maret, hingga kini masih belum jelas bagaimana hasil suntikan terhadap varian delta, yang menjadi jenis virus paling mematikan di AS awal bulan ini.

Jika terus turun pada tingkat saat ini, maka kemanjurannya bisa turun hingga 50 persen dalam waktu 18 bulan – dapat diberikan suntikan booster.

"Saya umumnya terdorong oleh hasil makalah ini," kata penulis utama studi, Dr. Stephen Thomas, koordinator penyelidik untuk uji coba vaksin Pfizer dan direktur SUNY Upstate Institute for Global Health & Translational Science di New York.

Dia mengatakan harapan selalu ada bahwa perlindungan vaksin akan berkurang. Pertanyaan besarnya, katanya, adalah apakah itu akan berkurang ke tingkat yang akan mempengaruhi -apa yang disebut beban kesehatan masyarakat dari penyakit ini, khususnya rawat inap dan kematian. Sejauh ini, tampaknya tidak.

"Meskipun kami melihat bahwa pada enam bulan ada penurunan perlindungan, ada pemeliharaan perlindungan terhadap hasil yang benar-benar menjadi beban kesehatan masyarakat dari penyakit ini," kata Thomas.

Para peneliti akan terus menganalisis respons imun peserta terhadap penyakit hingga dua tahun untuk menentukan "apakah booster mungkin bermanfaat setelah interval yang lebih lama."

“Tindak lanjut yang berkelanjutan diperlukan untuk memahami ketangguhan efek vaksin dari waktu ke waktu, apakahnya perlu dosis booster, dan waktu pemberian dosis tersebut,” kata para peneliti.

Awal bulan ini, Pfizer mengumumkan bahwa pihaknya memiliki rencana mengajukan persetujuan untuk suntikan booster ketiga. Namun, Asosiasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) mengatakan suntikan booster untuk saat ini belum diperlukan.

226