Home Kesehatan Prediksi Gangguan Saraf, Prodia Hadirkan Neurogenomics

Prediksi Gangguan Saraf, Prodia Hadirkan Neurogenomics

Jakarta, Gatra.com - Product Manager Prodia, Trilis Yulianti mengatakan pemeriksaan Neurogenomics sejalan dengan komitmen prodia dalam mendukung pengobatan generasi baru (next generation medicine) yang bersifat personal, prediktif, preventif dan partisipatori (4P).

Sebelumnya, Prodia berinisiatif meluncurkan pemeriksaan baru disebut Neurogenomics. 

“Neurogenomics menghitung risiko varian-varian gen yang dipersonalisasi (personalised) sehingga masing-masing individu mengetahui risikonya dan dapat menentukan upaya pencegahan penyakit saraf secara personal. Kami berharap pemeriksaan ini dapat menjadi semacam pengingat bagi individu agar lebih termotivasi untuk melakukan upaya pencegahan munculnya penyakit saraf di kemudian hari,” kata Trilis di Prodia Tower, Jakarta, Kamis (29/7).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, tingkat prevalensi dari penyakit saraf terutama stroke mencapai 15,4% dari total populasi di Indonesia. 

“Tingginya prevalensi penyakit saraf di Indonesia memacu PT Prodia Widyahusada Tbk  menyediakan pemeriksaan kesehatan yang mampu memprediksi risiko gangguan saraf berdasarkan profil genetik seseorang atau disebut Neurogenomics,” katanya. 

Trilis menjelaskan bahwa Neurogenomics merupakan pemeriksaan genomik yang digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan genetik seseorang terhadap penyakit yang berkaitan dengan gangguan saraf sepertipenyakit Alzheimer, Sklerosis Lateral Amiotrofik, Gangguan Bipolar, Epilepsi, Aneurisma intrakranial, Migrain, Sklerosis Ganda, Parkinson, Skizofrenia, dan Stroke. 

“Pemeriksaan ini menganalisis lebih dari 109 varian dan 85 gen,” katanya.

Berbagai penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa munculnya penyakit dipengaruhi oleh adanya interaksi antara genetik, gaya hidup serta kondisi medis yang lain. Artinya apabila secara genetik seseorang memiliki kerentanan terhadap gangguan saraf atau penyakit tertentu namun pola hidup dan makanan terjaga dengan baik, maka kemunculan penyakit dapat ditunda, begitupun sebaliknya meskipun seseorang memiliki risiko genetik saraf yang rendah namun memiliki pola makan yang berisiko tinggi terhadap gangguan metabolisme tubuh maka dapat berujung pada terjadinya gangguan saraf.

“Pada hasil pemeriksaan Neurogenomics, skor risiko keseluruhan akan memberikan kesimpulan risiko seseorang terhadap suatu penyakit berdasarkan gen yang diperiksakan secara kesuluruhan,” katanya. 

Trilis menyebut skor risiko keseluruhan terbagi menjadi empat jenis yakni, High Risk yaitu memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya penyakit dibandingkan dengan rata-rata populasi. Kemudian Potential Risk yaitu memiliki risiko yang sedikit lebih tinggi untuk terjadinya penyakit dibandingkan dengan rata-rata populasi. Sedangkan Average Risk yaitu memiliki risiko yang sama untuk terjadinya penyakit dibandingkan dengan rata-rata populasi. Adapun Low Risk yaitu memiliki risiko yang lebih rendah untuk terjadinya penyakit dibandingkan dengan rata-rata populasi.

Trilis menyebut pemeriksaan Neurogenomics merupakan pemeriksaan penunjang pengobatan prediktif, yang dapat diperiksa juga oleh keluarga pasien dengan riwayat gangguan saraf atau memiliki penyakit gangguan saraf dan siapapun yang ingin mengetahui apakah dirinya secara genetik memiliki kerentanan terhadap penyakit saraf. 

659

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR