Home Kesehatan Ibu Kekurangan Vitamin D Lahirkan Bayi Prematur

Ibu Kekurangan Vitamin D Lahirkan Bayi Prematur

Jakarta, Gatra.com – Dalam sidang Promosi Doktor Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia yang digelar Rabu, (4/8/2021), DR. dr. Putri Maharani Tristanita Marsubin, menyampaikan bahwa ibu yang mengalami kekurangan (defisiensi) vitamin D akan melahirkan bayi prematur yang sama-sama mengalami defisiensi vitamin D juga.

Temuan tersebut adalah hasil dari penelitian disertasi dr. Putri. Disertasinya bertajuk “Peran Vitamin D dalam Menentukan Morbiditas Bayi Sangat Prematur dan/atau Berat Lahir Sangat Rendah: Kajian terhadap Sel T Regulator dan Disbiosis Usus”.

Dalam penelitiannya tersebut, dr. Putri berupaya menjawab sebuah pertanyaan mengenai apakah defisiensi vitamin D ibu akan memengaruhi kadar vitamin D bayi sangat prematur dan/atau berat badan lahir sangat rendah.

“Ya, jelas korelasi ini kuat antara vitamin D ibu dan tali pusat. Begitu juga saat diperiksa saat usia satu minggu. Jadi jelas di sini faktor yang mempengaruhi kadar vitamin D bayi utamanya adalah kadar vitamin D ibu,” paparnya di hadapan para penyidang.

“Ibu yang dengan defisiensi vitamin D akan melahirkan bayi [prematur] defisiensi vitamin D,” sambungnya.

Penelitian dr. Putri awal mulanya beranjak dari sebuah hipotesis di mana kelahiran bayi prematur masih dianggap sebagai masalah besar di dunia kedokteran. Bahkan menurutnya Indonesia berada di urutan kelima dunia sebagai negara yang paling banyak mencatat kelahiran bayi prematur.

Merujuk pada data Born Too Soon Global Map di tahun 2012, Indonesia memang berada pada urutan kelima dunia dengan kelahiran bayi prematur per tahun. Indonesia berada di bawah India, Cina, Nigeria, dan Pakistan.

Menurut laporan tersebut, terdapat 15 juta bayi yang terlahir prematur setiap tahun di seluruh dunia. Angka tersebut sama dengan 1 bayi terlahir prematur dari 10 bayi yang lahir cukup bulan. Dari sejumlah 15 juta bayi prematur tersebut, sebanyak 1,1 juta bayi dilaporkan meninggal dunia karena berbagai komplikasi.

“Kelahiran bayi yang terlalu cepat merupakan pembunuh yang tak dikenali,” ujar Joy Lawn, M.D., PhD sebagai salah seorang editor laporan tersebut.

“Kelahiran prematur terhitung sebagai setengah penyebab kematian bayi baru lahir di skala global dan saat ini menjadi penyebab kematian kedua terbesar bagi anak-anak di bawah usia lima tahun setelah pneumonia,” imbuh Joy.

Padahal, menurut banyak ahli dari berbagai lembaga seperti badan-badan PBB, universitas, dan organisasi, sebanyak tiga perempat atau 75% kematian bayi prematur tersebut bisa dicegah dengan perawatan layak dan ekonomis. Hanya saja, perawatan tersebut tak tersedia secara merata di skala global.

dr. Putri menduga bahwa terdapat berbagai macam hal yang berandil besar dalam kelahiran prematur. “Untuk meningkatkan morbiditas bayi prematur, salah satunya adalah vitamin D. Sejak kapan? Sejak dari ibunya mengandung,” katanya.

“Vitamin D ini juga berperan untuk mempertahankan dan berfungis dalam sel T untuk mempertahankan kondisi homeostasis sehingga tidak terjadi kondisi inflamasi. Vitamin D juga berperan untuk keseimbangan saluran cerna supaya homeostasis saluran cerna terjaga dengan baik sehingga tidak terjadi kondisi disbiosis,” ujar dr. Putri.
“Kita tahu bahwa bayi prematur lebih tinggi risikonya menggunakan antibiotik dibandingkan bayi cukup bulan dan metode persalinan section caesarea dibandingkan bayi cukup bulan,” jelas dr. Putri.

Untuk itu, dr. Putri memaparkan saran yang bisa diimplementasikan secara nyata, baik oleh ibu yang sedang mengandung bayi dalam kehidupan sehari-hari atau oleh para peneliti di masa depan di dunia kedokteran.

“Ibu maupun bayi perlu mendapatkan suplementasi vitamin D dan ini merupakan materi edukasi yang penting sekali pada ibu hamil dan calon ibu hamil. Suplementasi vitamin D akan menurunkan feeding intolerant pada bayi prematur. Namun, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal ini,” terang dr. Putri.

175