Home Politik “Harmoni dalam Keragaman” Gambaran Toleransi di Tanah Air

“Harmoni dalam Keragaman” Gambaran Toleransi di Tanah Air

Jakarta, Gatra.com - Tema toloransi dan intoleransi di Indonesia selalu menjadi perhatian para peneliti dan tokoh agama. Tak terkecuali peneliti PMB-LIPI, Muhammad Nur Prabowo Setyabudi, yang beserta para peneliti lainnya, mengangkat tema toleransi atau kerukunan umat beragama dalam buku bertajuk “Harmoni dalam Keragaman: Jejak Budaya Toleransi di Manado, Bali, dan Bekasi” yang terbit tahun ini.

“Isu toleransi kami angkat karena kami karena kami menyadari bahwa memang ada wacana yang cukup dominan tentang intoleransi. Jadi, ada aspek toleransi, ada aspek intoleransi,” ujar Prabowo dalam forum diskusi budaya yang digelar secara daring pada Senin, (9/8/2021).

“Sering kali publik itu didominasi oleh wacana-wacana tentang intoleransi. Sementara sering kali yang dilupakan adalah aspek toleransinya sehingga kami mengangkat satu topik sebagai penyeimbang ide atau semacam wacana yang kemudian menyampaikan narasi positif tentang toleransi,” lanjut Prabowo.

Untuk mendeksripsikan potret toleransi antar-umat beragama, buku tersebut mengulas praktik toleransi di beberapa kota besar di Indonesa, yaitu potret kerukunan umat beragama di Kota Bersehati di Manado, tempat ibadah Puja Mandala di Bali, dan Kampung Sawah Gerbang Penjaga Toleransi Bekasi. Dalam mengulasnya, buku ini meninjau dari sisi sejarah, sosiologis, komunikasi, dan budaya.

“Kami lihat dari sisi vertikal. Vertikal itu artinya toleransi politik, bagaimana masyarakat hubungannya dengan negara. Kemudian dari aspek sosial, bagaimana hubungannya dengan sesama,” ujar Prabowo.

Kota Manado pernah mendapatkan predikat sebagai kota paling toleran se-Indonesia dari Setara Institute tahun 2017. Sementara pusat tempat ibadah Puja Mandala di Bali adalah sebuah pusat peribadatan yang terletak di kawasan Nusa Dua, Badung, dimana terdapat 5 tempat peribadatan untuk 5 agama yang berbeda. 

Kisah Kampung Sawah sudah menjadi cerita toleransi sejak lama, dimana di kampung Betawi tersebut hidup rukun umat dari 3 agama berbeda yakni Islam, Katolik dan Kristen.

632