Home Kebencanaan Terancam Tenggelam karena Rob, Begini Kondisi Rumah Warga di Pekalongan

Terancam Tenggelam karena Rob, Begini Kondisi Rumah Warga di Pekalongan

Pekalongan, Gatra.com - Penurunan muka tanah dan kenaikan air laut atau rob yang terus terjadi membuat Kota Pekalongan, menjadi salah satu wilayah di pesisir Jawa Tengah yang diprediksi akan tengelam dalam beberapa puluh tahun ke depan. Warga berupaya menghadapi ancaman itu dengan meninggikan tempat tinggalnya.

Upaya tersebut harus dilakukan warga di Kelurahan Panjang Baru, Kecamatan Pekalongan Utara. Kelurahan ini merupakan salah satu wilayah di Kota Batik yang dilanda rob terparah dalam beberapa tahun terakhir.

"Upayanya warga agar rumahnya tidak tenggelam sesuai kemampuan ekonomi masing-masing. Kalau orang lain jajannya enak, kami jajannya barang atos (keras) yaitu pasir dan batu untuk meninggikan rumah," kata Ketua RW 10 Kelurahan Panjang Baru, Dani, Rabu (10/8).

Sejak rob kian sering melanda lingkungan tempat tinggalnya, Dani sudah empat kali meninggikan lantai rumahnya. Peninggian dilakukan dengan berpatokan pada ketinggian genangan air saat banjir akibat rob ditambah intensitas hujan tinggi.

"Patokannya ketinggian banjir terakhir seberapa, saya tinggikan lebih dari itu, biar kalau ada banjir lagi sudah aman," tuturnya.

Menurut Dani, peninggian lantai tersebut harus dibarengi dengan peninggian atap. Jika tidak, rumahnya akan menjadi lebih pendek sehingga menyulitkan untuk masuk.

"Peninggian sudah sampai 60 persen, separuh rumah. Kalau atasnya tidak ditinggikan juga, pintu rumah hanya menyisakan setengah meter," ujarnya.

Dani menyebut, dampak kerugian ekonomi lain akibat rob yang kerap menggenangi rumah warga yakni kerusakan sepeda motor dan barang-barang elektronik. Barang-barang tersebut menjadi mudah berkarat karena terkena air rob. "Barang-barang yang ada besinya cepat rusak," ucapnya.

Selain kerugian ekonomi, rob juga dikhawatirkan berdampak pada kondisi psikologis anak-anak di Kelurahan Panjang Baru. Sebab mereka kehilangan tempat terbuka untuk bermain karena kondisinya sering terendam rob.

"Ruang terbuka hilang karena sudah jadi laut atau terendam rob kalau pagi dan sore. Anak-anak jadi tidak punya tempat bermain," ujar Dani.

Menurut Dani, upaya penanganan dampak penurunan muka tanah dan kenaikan air laut di Kota Pekalongan membutuhkan pelibatan pemerintah pusat. Sebab kondisinya sudah parah. "Kalau hanya pemkot saja tidak cukup. Bisa-bisa prediksi kalau Pekalongan akan tenggelam benar terjadi," kata dia.

Sebelumnya Dani mengatakan, kenaikan permukaan air laut atau rob semakin parah dalam lima tahun terakhir. "Rob sudah terjadi bertahun-tahun, tapi lima tahun terakhir ini yang paling parah," ujarnya.

Dani mengungkapkan, banjir rob biasanya hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu. Namun sejak lima tahun terakhir, rob yang menggenangi permukiman warga terjadi hampir setiap hari.

"Rob mulai terjadi pukul 07.00 sampai 11.00. Setelah itu surut lalu sore naik lagi. Ketinggiannyapaling rendah 20 sampai 30 sentimeter. Puncaknya paling tinggi bisa sampai 1,1 meter.Kalau rob besar dan tidak dipompa bisa satu minggu baru surut. Kalau ditambah hujan intensitas tinggi, bisa sebulan," ungkapnya.

Dani menyebut rob yang terus terjadi juga perlahan menggerus daratan. Hal ini membuat jarak rumahnya dengan laut tinggal sekitar lima meter.

"Saya buka pintu sudah langsung lihat laut. Padahal dulu kalau menurut cerita orang-orang tua, jaraknya masih 100 meter. Bisa buat parkir bus seperti di terminal," ujar pria yang sudah tinggal di Kelurahan Panjang Baru selama 10 tahun ini.

Prediksi jika tiga wilayah di pesisir Jawa Tengah meliputi Kota Pekalongan, Semarang dan Demak akan lebih cepat tenggelam dibandingkan Jakarta diungkapkan Pakar geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas. Hal ini menepis pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menyebut Jakarta akan tenggelam dalam 10 tahun ke depan.

Menurut Andreas, Pekalongan Semarang dan Demak dikhawatirkan akan lebih cepat tenggelam karena laju penurunan muka tanah di ketiga wilayah itu lebih cepat dibandingkan Ibu Kota, yakni mencapai 15 - 20 centimeter per tahun. Cepatnya laju penurunan muka tanah terseeut disebabkan massifnya penyedotan air tanah untuk keperluan industri, pertanian, dan keperluan sehari-hari.

1542