Home Ekonomi Keluh Kesah Pekerja Seni Pati, Kocar-kacir Dikoyak Pagebluk

Keluh Kesah Pekerja Seni Pati, Kocar-kacir Dikoyak Pagebluk

Pati, Gatra.com - Pandemi Covid-19 telah lama berjalan dan selama itu pula dampaknya sangat dirasakan pelaku seni di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Mengingat, hampir 2 tahun itu, pekerja seni benar-benar tidak dapat mendulang nafkah dari panggung hiburan, lantaran pemerintah daerah tidak mengizinkan adanya pentas seni digelar di kabupaten berjuluk Bumi Mina Tani ini.

Aliansi Pekerja Seni se-Kabupaten Pati, Wibowo Asmoro mengatakan, cukup iri dengan seniman di kabupaten lain yang masih bisa menggelar pertunjukan, meski dengan pembatasan ketat. Sementara di Pati, panggung seni haram digelar. Dampaknya, tidak sedikit dari mereka menjual barang pribadi demi kebutuhan harian, hingga terlilit hutang.

"Pekerja seni rata-rata tidak punya matapencaharian lain, selain menjadi seniman. Hampir 2 tahun ini, kami tidak naik panggung. Sementara tuntutan perut dan kebutuhan-kebutuhan lain tetap ada," ujar Dalang Wayang Kulit itu, Sabtu (14/9).

Selain dampak ekonomi yang sangat dirasakan, pelaku seni juga mulai kehilangan kreativitas. Padahal Kabupaten Pati adalah satu di antara daerah yang paling hidup seni dan budayanya di Jawa Tengah. Sebut saja kesenian ketoprak, nama Pati tidak ada tandingannya. Belum lagi kesenian-kesenian lainnya yang masih dilestarikan pelaku seni hingga kini.

"Krisis ekonomi, krisis kreativitas itu yang jelas kami alami. Seniman sudah menjadi pedagang dadakan, punya sepeda motor dijual untuk kebutuhan ekonomi," ungkap Wibowo.

Ia melanjutkan, banyak koleganya yang tidak mempunyai profesi lain untuk menafkahi keluarga. Belum lagi tagihan cicilan dan biaya sekolah yang membengkak akibat adanya kuota internet untuk belajar daring. Tak sedikit dari pelaku seni yang mengaku tidak merasakan bantuan sosial maupun kuota internet gratis untuk sekolah. Seumpama ada yang dapat bantuan, itu pun jumlahnya hanya sedikit dan tidak merata.

Bantuan juga hanya cukup digunakan beberapa hari saja. "Anak-anak sekolah daring itu bayarnya ya tetap kok. Katanya ada bantuan kuota dan lain sebagainya, nyatanya tidak ada. Terus kebutuhan kita kalau terus-terusan tidak bekerja bagaimana?" keluhnya.

Pelaku seni pun menuntut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati untuk memberikan panggung untuk pentas, meski dengan pembatasan ketat sekalipun. Paling tidak mereka sedikit bisa bernapas dari cekikan ekonomi. Mereka siap menggelar aksi demonstrasi, jika keadaan mereka masih dipinggirkan tanpa diberikan solusi. "Persoalan perut, aksi pun akan kita lakukan," ucapnya.

1069