Home Ekonomi INDEF: Ekonomi Nasional Masih Didominasi Sektor Rumah Tangga

INDEF: Ekonomi Nasional Masih Didominasi Sektor Rumah Tangga

Jakarta, Gatra.com –‎ ‎Menanggapai isu-isu strategis dari pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada Senin, 16 Agustus 2021, Peneliti Center of Industry, Trade and Investment dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eisha M. Rachbini, mengatakan untuk reformasi struktur ekonomi nasional memang masih didominasi oleh sektor rumah tangga. 

"Ke depan, bagaimana dapat mengalihkan pertumbuhan ekonomi yang lebih produktif sehingga bisa lebih mendorong investasi, hilirisasi dan ekspor," katanga dalam keterangan tertulis yang diperoleh Gatra.com pada Selasa malam (17/8).

Eisha mengatakan, pada quarter kedua tahun ini (Q2/2021) pertumbuhan ekonomi Indonesia itu ditopang oleh ekspor. Namun impor tampak menurun yang sebenarnya gejala menurunnya impor sudah terjadi sejak 2018 lalu.

Sementara itu, ujarnya, untuk mendorong struktur ekonomi yang berkualitas, sektor industri harus segera memulai memproduksi barang yang bernilai tambah tinggi, seperti produk hi-tech yang masih amat rendah nilainya, yaitu berkisar 3%. Namun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) indutri manufaktur ternyata stagnan, bahkan sebelum pandemi Covid-19, yakni hanya sekitar 4,1%.

Eisha melanjutkan, sedangkan pertumbuhan Produk Domestik Netto (PDN) industri manufaktur dibanding total PDB, share-nya terus mengalami penurunan dengan rata-rata hanya 21% sebelum pandemi. Adapun ketika pandemi, dampaknya sangat besar terhadap industri manufaktur nasional. 

"Sementara itu masih menjadi pertanyaan, apakah pertumbuhan ekonomi nasional dapat kembali ke angka sekitar 5% sebelum pandemi," tuturnya.

Eisha pun mengatakan, industri nasional juga ternyata masih amat butuh bahan baku impor dari luar negeri, termasuk untuk industri obat, farmasi, vaksin dan alat-alat kesehatan (alkes) yang sempat disinggung oleh Jokowi, yang menginginkan mandirinya sektor tersebut.

Namun harus disadari bahwa industri sektor farmasi, obat, vaksin, dan alkes adalah industri yang padat modal serta membutuhkan investasi yang amat mahal karena belum bisa diproduksi di dalam negeri.

Di samping itu, ia mengatakan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) masih jadi tulang punggung perekonomian nasional karena mampu menyerap 97% tenaga kerja dan 6% PDB. Akan tetapi, untuk ekspor pertumbuhan UMKM masih kecil, yakni hanya 16% dari total ekspor. 

"UMKM harus segera didorong menguasai sektor perdagangan digital. Sayangnya, penggunaan internet Indonesia masih tergolong rendah di ASEAN [Association of Southeast Asian Nations], di bawah 50% dari total individu. Internet server per 1 juta orang masih di bawah Vietnam dan jauh di bawah Malaysia," kata Eisha.

346