Home Politik Modernisasi dan Peremajaan Alutsista adalah Keniscayaan

Modernisasi dan Peremajaan Alutsista adalah Keniscayaan

Jakarta, Gatra.com – Pengamat militer dan pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan, perlu melakukan modernisasi dan peremajaan alat utama sistem senjata (alutsista) yang telah ada untuk dapat dipergunakan se-efektif dan se-efisien mungkin.

Fahmi kepada wartawan pada Jumat (20/8), menyampaikan, modernisasi alutsista ini perlu dilakukan agar TNI selalu siap menghadapi kondisi apapun dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Selain itu, modernisasi dan peremajaan ini untuk mengatasi persoalan mengingat proses pembelian alutsista baru memerlukan waktu yang relatif cukup panjang. Terlebih lagi, di tengah masih relatif kecilnya anggaran pertahanan, saat ini dana belanja difokuskan pada penanganan pandemi Covid-19.

Fahmi mengungkapkan, salah satu alutsista yang ada dan masih digunakan adalah tank AMX-13 yang dibeli Indonesia dari Perancis pada awal tahun 1960 untuk persiapan kampanye militer Trikora. Tank tersebut dioperasikan oleh TNI AD.

Menurut Fahmi, saat ini ada sekitar 275 unit AMX 13 versi kanon 75 mm dan 105 mm masih dipergunakan oleh Pusat Kesenjataan Kaveleri yang tersebar di beberapa Kodam di Indonesia. Tank AMX 13 ini reputasi tempurnya terbilang sudah teruji di berbagai negara.

Indonesia menggunakan AMX 13 dalam Operasi Seroja Timor Timur yang kini telah menjadi negara Timor Leste. Menurutnya, tank ini lebih baik dan telah teruji ketimbang tank Scorpion yang juga dipakai TNI AD.

"Langkah yang realistis adalah melaksanakan modernisasi tank AMX 13 sehingga dapat dipergunakan sampai dengan 15 tahun ke depan," katanya.

Fahmi berpendapat, modernisasi dan peremajaan ini merupakan langkah tepat karena hingga kini pemerintah Indonesia belum dapat membeli tank ringan atau medium dalam jumlah besar untuk mengganti tank AMX 13.

Bukan hanya Indonesia, lanjut Fahmi, sejumlah negara, di antaranya Argentina, Venezuela, Meksiko, dan Singapura juga masih menggunakan tank AMX 13, namun telah dimodernisasi.

Menurunya, jika modernisasi tank AMX-13 ini dapat terealisasi meliputi penggantian sistem mesin dan transmisi diesel yang terintegrasi baik, penggantian turret dari FL 11 laras kanon 75 mm menjadi turret FL 12 laras kanon105 mm disertai dengan computer balistik, peralatan tempur malam, remote control weapon system, dan alat komunikasi modern dengan battle management system.

Sedangkan pada tank AMX 13 APC pengangkut personel, pemasangan remote control weapon system laras kanon ukuran sedang, serta senjata antitank, maka modernisasi akan menjadikan tank AMX 13 milik TNI AD ini memiliki daya jelajah dan manuver darat yang optimal, mampu melaksanakan perang modern siang atau malam serta dapat mengantisipasi serangan darat dan udara.

"Selain itu, dengan dukungan sistem informasi logistik serta bila memiliki ketersediaan suku cadang maka akan menjamin penggunaan tank ini sampai dengan 15 tahun ke depan," katanya.

Fahmi mengungkapkan, tank AMX-13 ini sesuai rencananya akan diganti dengan Tank Harimau buatan Pindad. Tank anyar ini merupakan hasil kerja sama dengan Turki. Namun yang menjadi masalah, kapasitas produksi Pindad akan memakan waktu yang sangat lama untuk dapat mengganti sepenuhnya.

"Untuk menjaga kekuatan, saya kira retrofit dan modernisasi juga tetap perlu dilakukan pada tank AMX-13 yang ada, agar lifetime-nya bisa diperpanjang sekitar 10-15 tahun," katanya.

Menurut Fahmi, dengan dilakukan modernisasi dan peremajaan tank AMX 13, maka selama tank baru pengganti belum tersedia sepenuhnya, kekuatan dan kemampuan tempur kavaleri TNI tidak berkurang.

Modernisasi dan peremajaan tank AMX-13, lanjut Fahmi, akan mejadi langkah yang efisien dan efektif dalam menjaga performa TNI dan kedaulatan bangsa dan negara.

"Si vis pacem, para bellum". Berharap damai, bersiaga perang adalah ungkapan yang umum digunakan serta kekuatan militer yang memadai akan menjamin negara-negara lain untuk menghormati negara yang bersangkutan serta tidak berupaya untuk melakukan penyerangan.

"Jadi rencana modernisasi dan penguatan TNI adalah suatu keharusan yang berkesinambungan, akan lebih baik bila TNI memiliki kemampuan yang terjaga untuk mengatasi segala ancaman terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia," paparnya.

Fahmi megatakan, modernisasi alutsista merupakan keniscayaan. Terlebih lagi saat ini lebih dari 52% alutsista yang dimiliki Indonesia sudah berumur lama dan membutuhkan peremajaan.

Modernisasi alutsista sebagai hal yang mendesak dilakukan dengan rencana cepat, efektif, namun terukur sebagai perwujudan terhadap upaya menjaga NKRI.

"Dalam proses melaksanakan pembelian alutsista perlu dilakukan secara teliti, komprehensif, dan dilaksanakan dengan tepat," ujarnya.

1324