Home Internasional Begini Kesulitan Skadron Udara 17 TNI AU Saat Evakuasi WNI dari Afghanistan

Begini Kesulitan Skadron Udara 17 TNI AU Saat Evakuasi WNI dari Afghanistan

Jakarta, Gatra.com – Skadron Udara 17 yang mengawaki pesawat TNI AU jenis Boeing 737-400 berhasil mengevakuasi 26 warga negara Indonesia (WNI) dari Afghanistan. Mayor Pnb Mulyo Hadi bersama Letkol Pnb Ludwig Bayu dan 10 awak pesawat lainnya diterjunkan untuk membantu evakuasi tersebut.

“Merupakan kebanggaan bagi kami, seluruh awak pesawat Skadron Udara 17 yang dipercaya untuk mengemban tugas negara di tengah situasi Afghanistan yang memanas, untuk menyelamatkan saudara-saudara kita di Afghanistan,” ungkap Mayor Mulyo dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/8).

Mulyo menceritakan, dirinya mendapatkan perintah pada Senin (16/8) sekitar pukul 21.00 WIB, untuk menyiapkan rencana pergerakan (Rengerak) pesawat Boeing 737-400 Skadron 17 yang akan diberangkatkan ke Afghanistan.

“Rengerak diselesaikan malam itu juga sekira pukul 02.00 WIB. Hari berikutnya, Selasa (17/8), personel yang telah ditunjuk melaksanakan rapat bersama dengan Satgas dan Tim Evakuasi lainnya di Hotel Westin,” tambahnya.

Pada rapat tersebut, kata Mulyo, diputuskan bahwa pesawat yang akan melaksanakan evakuasi berangkat ke Islamabad, Pakistan hari Rabu (18/8) pukul 06.00 WIB. Islamabad dipilih sebagai Posko Aju proses evakuasi setelah mempertimbangkan berbagai hal, khususnya faktor keamanan di Kabul, Afghanistan.

“Sehingga, pesawat Boeing 737-400 diberangkatkan ke Islamabad sebelum melaksanakan evakuasi ke Bandara Karzai International, Kabul. Dalam waktu yang relatif singkat, para awak pesawat menyiapkan kelengkapan pesawat dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, terutama dengan Kementerian Luar Negeri,” imbuhnya.

Koordinasi itu meliputi pengajuan flight clearance sesuai dengan rute penerbangan, serta berkoordinasi dengan Atase Pertahanan RI yang berada di tiap-tiap negara yang akan dilewati selama penerbangan menuju Islamabad.

“Dengan waktu yang sangat terbatas, penyiapan tersebut dilaksanakan kurang dari satu malam, sehingga dengan data-data yang ada, kami menyiapkan penerbangan semaksimal mungkin agar misi terlaksana dengan aman dan selamat,” katanya.

Alumni Akademi Angkatan Udara 2008 itu menuturkan, pesawat yang memiliki call sign “Kencana Zero Four” itu lepas landas tepat pukul 06.00 WIB dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta sesuai rencana yang telah dibuat.

Perjalanan menuju Islamabad menempuh waktu penerbangan selama 17 jam, melalui Banda Aceh, Colombo (Srilangka), Karachi (Pakistan), dan mendarat di Islamabad (Pakistan) pada pukul 15.13 UTC atau pukul 20.13 waktu Islamabad.

Setelah mendarat di Islamabad, tim evakuasi memutuskan untuk menginap. Selain itu, juga terus memantau perkembangan situasi dan kondisi sekitar landasan di Bandara Hamid Karzai International, terutama eskalasi kerumunan massa yang dapat mengganggu jalannya pendaratan di sana.

“Hambatan yang dihadapi terutama adalah data-data terkini dari landasan Bandara Hamid Karzai, serta kondisi sekitar landasan yang tidak menentu. Eskalasi kerumunan massa terjadi ketika awak pesawat sudah sampai di Islamabad, sehingga keputusan dari pihak Kemenlu menunda penjemputan selama 1-2 hari,” tuturnya.

Setelah memperoleh data lengkap bahwa Bandara Hamid Karzai bisa didarati, tim memutuskan agar pesawat dapat terbang dari Islamabad pada Jumat (20/8) dini hari. Pesawat Boeing 737-400 pun lepas landas dari Islamabad pukul 04.33 dini hari waktu setempat menuju Bandara Hamid Karzai.

“Saat pelaksanaan evakuasi, medan Afghanistan yang merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengen elevasi runway 5.887 feet di atas permukaan laut, ditambah fasilitas nav aid bandara (ILS, VOR) night facilities dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal, mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan yang sangat berat saat approach ke Bandara Hamid Karzai,” jelas Mulyo.

Tantangan lain yang dihadapi para awak pesawat adalat saat mengidentifikasi runway, karena matahari belum terbit dan lampu runway tidak menyala seluruhnya. Prosedur approach yang secara visual dan menghindari pegunungan, membuat landing di Kabul menjadi tantangan paling utama bagi seluruh awak pesawat A-7305.

“Setelah mendarat di Bandara Hamid Karzai, proses evakuasi pun segera dilaksanakan karena keterbatasan waktu yang diberikan NATO selaku otoritas di bandara Kabul saat ini. Sekitar 2 jam, seluruh proses boarding WNI selesai dilaksanakan,” ungkapnya.

Mulyo mengatakan, pihaknya membatasi barang bawaan penumpang hanya hand luggage. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan kapasitas pesawat dan demi keselamatan bersama.

“Akhirnya, Boeing 737-400 berhasil mengevakuasi 26 WNI dan 7 WNA dari Bandara Hamid Karzai pada pukul 02.19 UTC menuju Islamabad. Kemudian, pesawat lepas landas pukul 23.33 UTC dari Islamabad, melanjutkan penerbangan menuju tanah air melalui Karachi, Colombo, Banda Aceh dan pada pukul 03.05 WIB pesawat mendarat sempurna di Lanud Halim Perdanakusuma,” jelasnya.

Kedatangan pesawat TNI AU ini telah ditunggu oleh para pejabat, di antaranya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.Ip, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E., M.P.P. serta sejumlah pejabat TNI dan Kementerian Luar Negeri RI lainnya.

Usai mendarat di Halim, terpancar raut wajah bangga dari seluruh awak pesawat Boeing 737-400 Skadron Udara 17, meskipun mereka telah melaksanakan tugas negara hampir 72 jam dengan berbagai tantangan dan hambatan yang dilalui.

1247