Home Ekonomi SYL: Kinerja Perkebunan Masih Catatkan Pertumbuhan Positif

SYL: Kinerja Perkebunan Masih Catatkan Pertumbuhan Positif

Jakarta, Gatra.com - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, kinerja sub sektor perkebunan masih mencatatkan pertumbuhan positif.

Menurut data BPS, kontribusi tanaman perkebunan tumbuh 0,33% pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal ke II. Lantaran, terjadi peningkatan produksi komoditas kelapa sawit. Tingginya permintaan akan rempah-rempah untuk penambah imun di saat pandemi Covid-19, juga ikut mempengaruhi kinerja perkebunan.

Merdeka Ekspor Pertanian Tahun 2021 juga membuktikan pertumbuhan ini dengan nilai mencapai Rp7,29 triliun. 

"Meliputi komoditas yang pertama perkebunan 564,6 juta ton, tanaman pangan 4,3 juta ton, hortikultura 7,2 juta ton, peternakan 4,0 juta ton, dan beberapa komoditas lainnya," kata Syahrul dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Rabu (25/8).

Secara keseluruhan, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan nilai ekspor komoditas utama, andalan dan pengembangan perkebunan periode 2020-2024 sebesar US$74,31 milliar atau setara Rp1.040,33 trilliun. Ditjen Perkebunan mendorong pengembangan logistik benih, meningkatkan produksi dan produkivitas, meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan ekspor.

"Kami juga mendorong modernisasi perkebunan, pembiayaan melalui KUR (kredit usaha rakyat), peningkatan kapasitas SDM, optimasi jejaring stakeholder," ucap Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementan, Heru Tri Widarto.

Heru mengaku, KUR bisa digunakan untuk melakukan peremajaan sawit rakyat (PSR). Adapun program PSR mencakup 21 provinsi, utamanya Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Selatan.

"Jadi ada banyak manfaat yang bisa diambil dari PSR. Jika program tersebut di optimalisasi, salah satunya dengan pola tumpang sari saat melakukan PSR," ujar Heru.

Ia menambahkan, dengan melakukan PSR, produktivitas yang dihasilkan pada tanaman periode berikutnya akan lebih tinggi. Industri akan mendapatkan jaminan pasokan bahan baku, dan negara akan mendapatkan devisa lebih tinggi lagi. Mengingat, kebutuhan negara luar akan produk sawit dan turunannya juga semakin meningkat.

99