Home Hukum Sepi Tanggapan Pengusaha Sound System di Magelang Lakukan Aksi

Sepi Tanggapan Pengusaha Sound System di Magelang Lakukan Aksi

Magelang, Gatra.com- Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya pada kesehatan saja, namun tak kalah pedih dirasakan masyarakat adalah merosotnya pendapatan, seperti dirasakan oleh penguasaha sound system di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang hampair dua tahun terakhir ini sepi tanggapan. Mereka pun kemudian melakukan aksi pawai keliling dan menyuarakan protes pada pemerintah dengan menggunakan 50 kendaraan.

 

Aksi mereka menarik perhatian masyarakat, karena sambil pawai keliling sekaligus membunyikan musik dari sound system yang di bawa. Kendaraan juga dipasang berbagai spanduk bernada kritis antara lain, “Dua Tahun Nggak Bisa Kerja Bapak, Poseng Dol” dan “Dijual Buat Angsuran BRI”. Mereka mendesak Pemkab Magelang maupun pemerintah pusat bisa memberikan solusi atas apa yang mereka alami dan meminta ada kelonggaran izin penyelenggaraan acara hajatan.

Koordinator acara Dody Nurochman mengatakan, hampir dua tahun ini perekonomian mereka terpuruk, tidak pernah ada tanggapan, apalagi setelah diterapkannya PPKM, acara hajatan seperti pernikahan tidak diperbolehkan. Keadaan ini memberatkan mereka yang mencari nafkah dari jasa penyewaan sound system, tenda, dan peralatan musik. "Selama dua tahun pandemi, tidak ada pemasukan dari sewa alat. Di sisi lain, bagi pengusaha persewaan sound system yang memiliki angsuran bank, tagihannya terus berjalan.

"Bank tidak mau tahu soal angsuran, kita mau mengajukan bantuan tidak berani. Sementara kita juga butuh makan, anak sekolah dan lainnya,"katanya di sela aksi, Senin (30/8). Dody bahkan telah menjual sejumlah perangkat sound system yang dimilikinya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, untuk mengangsur cicilan hutang bank yang tidak bisa ditunda lagi pembayarannya.

Ketua Paguyuban Relasi Entertainment Magelang (Prima) Latif menuturkan, puluhan mobil mengangkut sound system ikut dalam pawai ini. Mereka berasal dari tiga komunitas yang mewadahi pemilik sound system, pemain organ tunggal, dan pelaku seni panggung atau pertunjukkan.

Anggota komunitas yang ikut dalam aksi pawai adalah Crew Sound Mungkid Borobudur (CSMB) dan Paguyuban Sound Gunung (PSG). Kedua paguyuban ini bernaung di bawah Paguyuban Relasi Entertainment Magelang (Prima). Total anggota paguyuban Prima mencapai 250 orang. Mereka tersebar di Kecamatan Borobudur, Sawangan, Dukun, Ngluwar, Muntilan, dan Salam.

Aksi arak-arakan ini mengambil titik star dari Jalan Klangon KM 2, Kecamatan Muntilan, rombongan kemudian bergerak melintasi Jalan Raya Yogyakarta-Magelang dan putar balik di kawasan Mertoyudan.

Sepanjang jalan dengan lantang dan penuh harap, mereka menyuarakan suara hati mendesak pemerintah agar lebih arif dalam membuat kebijakan. Menggunakan pengeras suara, sejumlah pemilik sound ini bahkan menawarkan menjual peralatan mereka kepada masyarakat yang melihat aksi mereka di pinggir jalan. "Kami memperjuangkan nasib, sebab selama pandemi dunia entertainment sama sekali tidak bisa beraktivitas. Pengusaha jasa hiburan panggung harus menanggung kerugian lebih dari 90 persen akibat pandemi ini. Kami meminta kelonggaran keramaian, sebab kami terdampak tidak ada pemasukan," protesnya.

617