Home Ekonomi Bappenas Dukung Inklusi Sosial Perpustakaan

Bappenas Dukung Inklusi Sosial Perpustakaan

Jakarta, Gatra.com – Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Amich Alhumami, mengatakan, pihaknya mendukung program literasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang diusung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI).

Amich dalam talkshow bertuk "Peran Transformasi Perpustakaan dalam Pemulihan Ekonomi" secara daring pada Selasa (31/8), menyampaikan, Bappenas sangat mendukung program tersebut karena sangat sejalan dengan upaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berdaya saing.

Dukungan tersebut dilakukan dengan menjadikannya sebagai salah satu program prioritas nasional untuk mencapai SDM unggul dan berdaya saing. Terlebih lagi, untuk mendonkrak ekonomi dan kemajuan bangsa harus ditopang SDM unggul dan berdaya saing.

Menurutnya, recana dan target Pemerintah menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2–5,5% dalam masa pandemi Covid-19 ini juga tak lepas dari SDM yang baik dan berdaya saing.

Terkait program tersebut, lanjut Amich, maka dukungan anggaran juga diperkuat, salah satunya melalui dana alokasi khusus (DAK). DAK sudah dijalankan selama tiga tahun untuk membangun infrastruktur sosial, seperti sekolah, rumah sakit, dan perpustakaan.

“Di bidang perpustakaan, kami memperkuat infrastruktur, seperti pembangunan gedung baru, rehabilitasi, pengadaan perabot, penyediaan bahan dan koneksi internet untuk meningkatkan tingkat kunjungan,” ungkapnya.

Pada 2021, Perpusnas mengelola DAK lebih dari Rp500 miliar yang semuanya terdistribusi dari Aceh sampai Papua. Selain melihat perpustakaan harus nyaman dalam mengakses segala kebutuhan informasi, Bappenas juga menilai perpustakaan harus menjadi pusat pelatihan bagi komunitas-komunitas untuk belajar apa saja.

Sementara itu, Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, selalu ingat dan berupaya mewujudkan amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan gedung Perpusnas pada 2017 lalu bahwa perpustakaan harus melakukan digitalisasi.

Syarif Bando menyampaikan, Presiden Jokowi juga mengingatkan bawa perpustakaan tidak boleh dogmatis dan seperti menara gading. Sebelumnya, masyarakat yang menjangkau perpustakaan, sekarang harus sebaliknya dengan memanfaatkan digitalisasi.

Dahulu perpustakaan merupakan barang ekslusif, yang dipamerkan atau menjadi pajangan para raja dan kaum eksklusif, sehingga terlihat koleksi buku di mana-mana. Soal buku itu sudah dibaca dan sejauh mana hasilnya, itu perkara berbeda.

“Saat ini paradigma perpustakaan telah mengubah peran dan fungsi perpustakaan. Peran fungsi perpustakaan mengurusi koleksi hanya tertinggal 10%," ungkap Syarif Bando.

Adapun sisanya atau 90%, lebih mengedepankan peran melakukan transfer klowledge kepada masyarakat. "Jadi, perpustakaan sudah lama mati kalau dia masih bersikap ekslusif. Dia harus inklusif,” katanya.

Menurutnya, ketika perpustakaan mulai turun ke masyarakat maka dapat mengenali segenap keseharian masyarakat sehingga niscaya perpustakaan akan menemukan begitu banyak masalah. Dari situ diketahui bahwa kebutuhan masyarakat kepada akses perpustakaan sangatlah besar.

Paradigma yang kini dibawa Perpusnas RI yakni bagaimana masyarakat memahami literasi. Syarif Bando mengatakan, literasi memiliki empat tingkatan, dimulai dari kemampuan baca, tulis, hitung, dan pembangunan karakter, aksesibilitas terhadap bahan bacaan terbaru, terpercaya, dan menjadi solusi.

Kedua, lanjut dia, memahami makna tersirat dari yang tersurat. Ketiga, memiliki kemampuan berinovasi atau kreativitas. Keempat, atau terakhir literasi adalah kemampuan menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat.

“Itu artinya, masyarakat membutuhkan sarana perpustakaan mengubah kualitas hidupnya. Dari barang dan jasa yang dihasilkan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidupnya,” ujar Syarif Bando.

Terlebih di saat pandemi Covid-19 ini, sekitar 20 juta masyarakat Indonesia merasakan dampak secara langsung dan tidak ada jalan lain harus mempunyai kealian atau skill untuk melakukan sesuatu.

Untuk dapat melanjutkan atau mempertahankan kehidupannya pada masa pandemi ini, artinya jutaan orang membutuhkan asupan ilmu terapan. Perpustakaan menyediakan kebutuhan tersebut.

“Siapa saja yang terdampak pandemi Covid-19 dan susah lapangan kerja, silakan datang ke perpustakaan, kami akan membimbing dan mendampingi pilihan ekonomi apa saja,” katanya.

101