Home Kebencanaan Dari Vaksin Sampai Kyai Tunggul Wulung, Kitab Kuno Keraton Ungkap Strategi Atasi Pagebluk

Dari Vaksin Sampai Kyai Tunggul Wulung, Kitab Kuno Keraton Ungkap Strategi Atasi Pagebluk

Yogyakarta, Gatra.com - Penelitian mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan strategi mengatasi pandemi Covid-19 bisa bertolak dari pendekatan budaya dan kebijakan di masa lampau seperti tertuang di karya sastra Jawa kuno.

"Covid-19 yang tak kunjung usai menimbulkan berbagai pertanyaan, apakah wabah seperti ini belum pernah terjadi pada masa lalu?  Seakan-akan Covid-19 menimbulkan persoalan baru dan kepanikan yang menyebabkan kita terlihat sangat kewalahan,"  kata Muhammad Ibnu Prarista, salah satu peneliti, di kampus UGM, Kamis (9/9).

Untuk itu, peneliti mengkaji karya sastra di empat kerajaan di Yogyakarta dan Solo yakni Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kadipaten Pakualaman, Keraton Kasunanan, dan Pura Mangkunegaran, serta saksi yang pernah mengalami pagebluk di Gunungkidul.

Hasilnya, Ibnu mengungkapkan, orang Jawa kuno menangani pagebluk melalui pendekatan konseptual dan historis.

Secara konseptual, orang Jawa memaknai pagebluk sebagai sebuah fenomena kosmologi yang mendorong manusia untuk mengembalikan keselarasan antara manusia dengan sesama, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan.

Konsep tersebut dijelaskan melalui naskah Jawa dan sastra lisan dalam beberapa ajaran yang diterapkan oleh masyarakat Jawa seperti mangasah mingsing budi, memasuh malaning bumi, dan memayu hayuning bawana.

Naskah kuno juga menguraikan bahwa pagebluk terjadi karena hukuman dari Bathara Kala kepada orang yang tidak pernah menghargai dan peduli kepada sesama dan lingkungan, dan Tri Hita Karana. 

Pada abad ke-16 dan 20, terjadi pagebluk malaria, tuberkolosis, penyakit kulit gudhig, cacar, pes, kolera, dan influenza. Wabah-wabah itu diungkap dalam naskah Jawa seperti Lelara Tuberkolose, Lelembut Kolerah, dan Lelara Influenza. 

“Seluruh naskah menjelaskan pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan isolasi mandiri bagi orang sakit, serta berbagai upaya seperti suntik vaksin sudah diterapkan pada masa itu,” kata Ibnu.

Penelitian ini bagian Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora yang menerima pendanaan penuh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Selain Ibnu dari Fakultas Hukum, tim ini beranggotakan Taruna Dharma Jati dari Fakultas Ilmu Budaya dan Zalsabila Purnama dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selain karya sastra tulis, karya sastra lisan juga memuat upaya penanganan pagebluk. Secara kosmologi, wujudnya berupa tradisi budaya yakni Kirab Kanjeng Kyai Tunggul Wulung, Upacara Wilujengan Nagari Mahesa Lawung, dan Barikan.  

“Tradisi budaya itu adalah upaya untuk memohon keselamatan kepada Tuhan dan merupakan perintah pemimpin atau raja, sehingga apabila dipercayai maka dapat meningkatkan imunitas tubuh dan meminimalkan kepanikan masyarakat,” kata Taruna.

Sementara penanganan pagebluk secara fisik menekankan pentingnya menjaga pola hidup bersih diri dan lingkungan serta melakukan isolasi mandiri untuk orang yang sakit.

"Pengetahuan tentang jejak pagebluk dan upaya penanganannya di masa lampau diharapkan dapat menjadi salah satu strategi menghadapi wabah di masa kini dan upaya preventif masa depan melalui pendekatan kebudayaan dan politik kebijakan," ujarnya.

Seperti sejarah di masa lalu, Daerah Istimewa Yogyakarta pun terus menekan pagebluk Covid-19 dengan menekankan penerapan prokes dan vaksinasi. Positivty rate termutakhir di DIY 4,08 persen.

Data Pemda DIY menunjukkan hari ini kasus Covid-19 bertambah 183 kasus. "Total kasus terkonfirmasi menjadi 152.510 kasus," kata Kabag Humas Pemda DIY Ditya Nanaryo Aji.

Selain itu, penderita yang sembuh meningkat 657 kasus, sehingga total sembuh menjadi 140.851 kasus.

"Penambahan kasus meninggal sebanyak 18 kasus, sehingga total kasus meninggal menjadi 5023 kasus," ujarnya.

1580