Home Politik Banyak Akun Robot Ramaikan Isu Perpanjangan Masa Jabatan Presiden, Siapa Bermain?

Banyak Akun Robot Ramaikan Isu Perpanjangan Masa Jabatan Presiden, Siapa Bermain?

Jakarta, Gatra.com– The Strategic Research and Consulting (TSRC) menemukan banyak akun robot dalam percakapan di media sosial mengenai isu perpanjangan masa jabatan presiden. Temuan ini diketahui lewat analisis jaringan wacana atau discourse network analysis (DNA) di Twitter dengan kata kunci “Pemilu 2024”.

Direktur Eksekutif TSRC, Yayan Hidayat menjelaskan pemetaan tersebut berlangsung selama 29 Agustus hingga 4 September 2021. Hasil analisis menunjukkan ada 1.200 akun membicarakan pemilu 2024 dalam sepekan terakhir. Sebanyak 321 akun yang membahas isu perpanjangan periode presiden adalah akun robot.

“Ternyata banyak dimainkan oleh akun-akun robot. Jadi isu ini tidak organik muncul, tapi kemudian sengaja diamplifikasi dan dimasifkan di media sosial dengan berbagai macam narasi, baik itu pro maupun kontra,” ungkap Yayan dalam diskusi daring, Jumat (10/9).

Yayan menambahkan, terdapat dua preferensi isu utama lainnya terkait pemilu 2024. Hal itu antara lain percakapan situasi Covid-19 yang dihubungkan dengan proyeksi pelaksanaan Pemilu 2024 serta kecenderungan ketidakpercayaan publik terhadap proses penyelenggaraan Pemilu 2024.

“Narasi yang dimunculkan kebanyakan pesimis terhadap pemilu 2024 akibat pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan. Ada beberapa akun yang berusaha mengamplifikasi untuk penundaan Pemilu 2024 diundur ke 2027 karena pandemi yang belum selesai,” imbuhnya.

Menurut Yayan, keefektifan medsos dalam mempengaruhi preferensi dan orientasi publik lebih dominan daripada sosialisasi media konvensional. Hal ini ditandai dengan fenomena pergeseran percakapan politik dari ruang nyata ke ruang virtual.

“Secara garis besar, preferensi politik warganet Indonesia berkarakter bounded rationality yakni preferensi politik yang terbentuk karena keterbatasan akses yang dimiliki untuk memperoleh informasi,” ungkapnya.

Yayan mengatakan, kondisi itu membuat pembentukan preferensi politik warganet menjadi instan dan pragmatis berbasis media sosial. Saat ini, umumnya warganet cenderung mendapatkan informasi dalam pesan singkat.

198