Home Info Sawit Kenaikan Harga Minyak Sawit Picu Penurunan Permintaan Pasar Asia Selatan

Kenaikan Harga Minyak Sawit Picu Penurunan Permintaan Pasar Asia Selatan

Washington, AS - Gatra.com - Kenaikan harga crude palm oil atau minyak sawit yang relatif tinggi diperkirakan akan berdampak pada penurunan permintaan dari negara-negara di Asia Selatan, seperti India, Pakistan, dan Bangladesh, pada tahun pemasaran 2020-21 dan menyebabkan stok akhir yang lebih tinggi.

Data ini dilansir spglobal.com dari laporan bulanan Departemen Pertanian AS yang dikeluarkan pada Jumat, (10/9) kemarin. Laporan terbaru ini merevisi perkiraan Market Year atau pasar tahunan 2020-21 untuk total impor dunia menjadi 47,96 juta metrik ton dari perkiraan Agustus sebesar 49,18 juta metrik ton, karena permintaan dari India -- pembeli minyak sawit terbesar di dunia -- melambat.

Dalam laporan terbarunya, Departemen Pertanian AS menurunkan angka impor tahunan India menjadi 7,5 juta metrik ton dari perkiraan sebelumnya sebesar 8,5 juta metrik ton, dengan alasan penurunan permintaan karena harga yang tinggi.

Prakiraan impor Pakistan dan Bangladesh juga telah dipangkas masing-masing sebesar 150.000 metrik ton dan 337.000 metrik ton, untuk MY 2020-21. Pakistan dan Bangladesh adalah importir minyak nabati terbesar kelima dan keenam di dunia.

Laporan tersebut membenarkan penilaian serupa oleh BV Mehta, kepala Solvent Extractor's Association of India, atau SEA, badan perdagangan negara itu yang menbgawasi importasi dan pengolah minyak nabati.

"Total impor produk minyak sawit India akan menjadi sekitar 7,8 juta metrik ton pada Market Year 2020-21, terendah dalam enam tahun," kata Mehta di World Palm Virtual Expo and Conference 2021 pada 8 September lalu.

"Kami tidak memperkirakan adanya peningkatan permintaan pada saat ini 2020-21 di India. India adalah pasar yang sangat sensitif terhadap harga dan harga tinggi saat ini kemungkinan akan mengurangi permintaan lebih lanjut," kata Mehta.

Harga minyak sawit mencapai rekor tertinggi pada Mei 2021, bersama dengan minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak lunak lainnya, yang bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Harga minyak sawit mentah diperkirakan rata-rata pada 4,000 Ringgit per metrik ton ($962,60/mt) pada MY 2020-21, naik 49% dari tahun sebelumnya, menurut pejabat industri senior dari negara produsen minyak sawit terbesar kedua, Malaysia, (7/9) lalu.

Penurunan impor dari pembeli Asia Selatan ihi juga dapat mengurangi ketatnya pasokan minyak sawit saat ini dan membantu mendorong stok akhir di Indonesia sebagai negara produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar, menurut laporan Departemen Pertanian AS.

Departemen Pertanian AS telah merevisi perkiraaanya terkait persediaan akhir minyak sawit di seluruh dunia yang naik menjadi 12,27 juta metrik ton pada September dari 10,72 juta metrik ton sebulan sebelumnya, dengan sebagian besar stok tambahan berasal dari impor yang lebih lambat dari Indonesia.

Estimasi ekspor Indonesia pada MY 2020-21 direvisi turun menjadi 27,38 juta metrik ton dari estimasi Agustus sebesar 28,68 juta metrik, dalam laporan 10 September. Tidak ada perubahan dalam perkiraan untuk produksi.

Departemen Pertanian AS juga menaikkan estimasi stok akhir minyak sawit dunia untuk tahun 2021-22 menjadi 12,05 juta metrik ton dari 10,61 juta metrik ton.