Home Info Sawit CORE: Suatu Saat UE Akan Butuh Minyak Kelapa Sawit Indonesia

CORE: Suatu Saat UE Akan Butuh Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Jakarta, Gatra.com- Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan kampanye Uni Eropa (UE) yang menolak minyak kelapa sawit Indonesia dilatarbelakangi oleh kepentingan UE sendiri untuk melindungi petani dan produk minyak bunga matahari mereka.

"Argumen yang digunakan adalah isu lingkungan. Saya kira wajar saja bila mereka mencoba melindungi petani mereka. Itu memang seharusnya dilakukan oleh semua negara, termasuk Indonesia," tuturnya, kepada Gatra.com melalui pesan instan pada Selasa, (14/9).

Menurut Piter, perlindungan itu akan berdampak pada masyarakat UE yang harus membayar lebih mahal karena adanya bea masuk yang lebih tinggi untuk minyak kelapa sawit. Ia juga menilai minyak bunga matahari itu tidak efisien dan juga mahal.

"Kita tidak perlu mempermasalahkan sikap Uni Eropa, yang harus dilakukan adalah bagaimana mencari solusi untuk produk minyak kelapa sawit kita karena permintaan UE akan lebih rendah," katanya.

Terkait strategi yang ampuh untuk Indonesia guna menghadapi kampanye penolakan minyak kelapa sawit oleh UE, lanjut Piter, pemerintah harus mencari dan mencoba penetrasi pasar baru agar produk kelapa sawit Indonesia berkualitas tinggi memiliki alternatif pasar yang baru di luar negeri.

"Di sisi lain pemerintah juga harus menciptakan permintaan di dalam negeri, untuk menyerap semua hasil produksi CPO [Crude Palm Oil] sehingga harga CPO stabil di level yang menguntungkan petani," sambungnya.

Sementara itu, Piter menyebut upaya pemerintah melakukan transformasi biodiesel menurutnya adalah langkah yang tepat. Di satu sisi langkah ini dapat mengatasi kebutuhan impor solar dan di sisi lain bisa menciptakan kebutuhan atau permintaan atas produk minyak kelapa sawit di dalam negeri.

"Percepatan transformasi ke biodiesel sangat diperlukan," ujarnya.

Menurut Piter, apabila indonesia telah sukses melakukan transformasi biodiesel hingga 100%, ia beranggapan penolakan UE atas kelapa sawit Indonesia tidak akan lagi menjadi masalah. "Suatu saat saya yakin Uni Eropa akan melunak. Mereka tetap membutuhkan minyak kelapa sawit yang terbukti lebih efisien dibandingkan minyak bunga matahari," tandasnya.