Home Ekonomi Polemik Jagung, Komisi IV DPR ke Kementan: Jangan Ada Dusta di Antara Kita!

Polemik Jagung, Komisi IV DPR ke Kementan: Jangan Ada Dusta di Antara Kita!

Jakarta, Gatra.com – Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDIP, Sudin, mengungkapkan keraguannya atas polemik penurunan harga jagung yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, beserta Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Pertemuan Presiden RI dengan Menteri Pertanian, dengan Menteri Perdagangan, ada kesepakatan, melaporkan bahwa harga jagung akan menjadi Rp4.500,” ujar Sudin dalam rapat kerja (raker) antara Komisi IV DPR bersama pihak Kementerian Pertanian (Kementan) pada Senin, (20/9).

Sudin meminta penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu. Dalam pandangannya, penurunan harga tersebut mustahil mengingat produksi jagung saat ini masih dinilai kacau.

“Kalau barangnya banyak, yakinlah harganya turun. Kalau barangnya enggak ada, yakinlah [harga] barangnya akan naik. Ini kan supply-demand-nya sudah pasti,” imbuh Sudin.

Sudin memaparkan kenyataan yang ada di lapangan. Ia melihat banyak peternak unggas yang gigit jari lantaran biaya produksi—termasuk biaya pembelian jagung sebagai pakan ternak unggas—sangat tinggi sekali.

Ironisnya, menurut Sudin, para peternak unggas tersebut menjual telur ayam hasil ternaknya dengan harga murah, yakni sekitar Rp14.000 per kg. Ketika sampai ke tangan konsumen, harganya berada di kisaran Rp18.000-Rp19.000/ per kg.

“Jangan ada dusta di antara kita. Kasihan Presiden Jokowi sudah kerja keras, stres juga menangani Covid, kok tiba-tiba didatangi oleh peternak unggas. Harusnya kan enggak sampai ke Presiden masalah itu. Presiden kan punya pembantu. Jadi, jangan semua hal ke presiden, semua hal ke presiden. Harusnya kan cukup ada di Menko Perekonomian, ada Menteri Pertanian, ada Menteri Perdagangan. Ini loh yang jadi masalah,” tegas Sudin.

Sudin menyinggung soal peternak unggas di Blitar yang membentangkan poster berisi permohonan bantuan kepada Jokowi ketika sang presiden ini mengunjungi wilayah tersebut dalam rangka kunjungan kerja beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, di agenda raker yang sama, Wakil Menteri Pertanian, Harvick Hasnul Qolbi, memaparkan bahwa ketersediaan pangan pokok seperti jagung, cabai merah, dan cabai rawit beserta komoditas lainnya berada dalam kondisi aman dan bahkan surplus secara garis besar walau terjadi defisit di beberapa provinsi.

“Kementerian Pertanian secara rutin juga memantau ketersediaan pangan pokok yang dilakukan secara periodik mingguan sampai dengan akhir minggu [pekan] kedua September 2021 stok beras diperkirakan mencapai 7,62 juta ton, jagung 2,30 juta ton, cabai besar 16.000 ton, cabai rawit 17.000 ton, bawang merah 35.000 ton, dan komoditas lainnya dalam kondisi surplus dan aman,” ujar Harvick dalam pemaparannya.

Soal produksi jagung yang kacau yang disinggung oleh Sudin, Harvick memaparkan bahwa satu-satunya provinsi yang mengalami defisit jagung saat ini adalah Provinsi DKI Jakarta.

"Ketersediaan [jagung] sebenarnya sustain, stabil, dan ada. Cuma bagaimana membuat kondisi bahan pokok ini sampai ke peternak dengan masif dan tidak ada pelanggaran di lapangan,” kata Harvick.

"Stok buffer kami cukup, bahkan lebih untuk tahun ini. Cuma memang bagaimana membuat situasi ini stabil dan kondusif. Ini kami perlu dukungan sama-sama dari Komisi IV untuk mengingatkan pengusaha pakan kita," imbuh Harvick.

Oleh karena itu, Havick menyebut bahwa Kementan telah menawarkan dua solusi, yaitu menyiapkan stimulus bantuan transportasi peniriman produk pertanian dari wilayah surplus ke wilayah defisit dan mengaktifkan Toko Tani Indonesia (TTI) di berbagai wilayah untuk membantu pemasaran produk pertanian yang dihasilkan oleh petani.

212