Home Info Sawit Potensi Industri Sawit sebagai Green Fuel

Potensi Industri Sawit sebagai Green Fuel

Jakarta, Gatra.com- Industri kelapa sawit berkontribusi besar untuk menciptakan energi baru terbarukan (EBT). Sebelumnya, Indonesia berhasil mengembangkan biodiesel sawit, yang diteruskan dengan memproduksi bahan bakar berbasis minyak sawit. Contoh produknya berupa green diesel, green gasoline, dan green avtur, sebagai sumber EBT.

Pemerintah pun terus mendorong kemajuan green fuel untuk meningkatkan penggunaan energi bersih. Direktur Bioenergi, Andriah Feby Misna menuturkan, produk green fuel ini memiliki karakterisitik yang mirip dengan bahan bakar yang berbasis fosil. Bahkan untuk beberapa parameter kualitasnya jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil fuel.

“Green diesel atau Diesel Biohydrokarbon, memliliki keunggulan dibanding diesel yang berbasis fosil maupun biodiesel berbasis fatty acid methyl ester (FAME), diantaranya cetane number yang relatif lebih tinggi, sulfur content yang lebih rendah, oxidation stability-nya juga lebih baik serta warna yang lebih jernih. Co-processing merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memproduksi greenfuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan,” kata Andriah Feby Misna.

Untuk mendukung hal ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebagai instrumen pemerintah terus memfasilitasi pengembangan sektor kelapa sawit nasional. BPDPKS menyatakan kesiapannya untuk menjadi salah satu pelaksana dalam Proyek Strategis Nasional Pembangunan Energi Terbarukan Berbasis Kelapa Sawit.

“Kami telah terlibat dalam pelaksanaan program pengembangan BBN berbasis sawit ini. Terutama dalam pelaksanaan program mandatori biodiesel sejak 2015 sampai tercapainya program B30 awal tahun 2020 ini. Keterlibatan BPDPKS dalam persiapan program green fuel termasuk dukungan pendanaan dan fasilitasi untuk pengembangan katalis bio-hydrocarbon atau yang dikenal dengan katalis Merah Putih mulai dari tahap riset sampai tahap uji coba,” ucap Direktur Utama BPDPKS Dono Boestami.

Katalis yang dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung dan Pertamina ini saat ini didukung oleh BPDKS untuk memasuki tahap komersialisasi pada salah satu kilang milik Pertamina. Dilansir dari situs Palm Oil Indonesia, Pertamina telah melakukan uji coba produksi dengan mengolah minyak sawit menjadi green diesel (D-100) di kilang Dumai dengan volume produksi 1000 barel. Sedangkan uji coba co-processing minyak sawit atau green gasoline juga telah dilakukan di kilang Plaju dan kilang Cilacap.

Ada perbedaan antara bahan baku minyak sawit, dimana green diesel dan green gasoline dihasilkan dari minyak sawit ( RBDPO), sedangkan bahan baku untuk green avtur adalah minyak inti sawit (RBDPKO). Setelah uji produksi dilakukan, green avtur kemudian memasuki uji performa pada pesawat yang menggunakan avtur atau bioavtur berbasis minyak sawit.

Selanjutnya pada tanggal 6 September 2021 telah dilakukan ground test pada pesawat CN 235-220 Flying Test Bed (FTB) yang menggunakan J.24 Bioavtur sebagai bahan bakar pesawat yang terdiri dari campuran 2,4 persen minyak inti sawit yang telah diproses dengan menggunakan katalis.

Hasilnya, pesawat yang menggunakan green avtur atau bioavtur menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini menjadi harapan besar untuk dapat mengurangi impor avtur fosil dan mewujudkan ketahanan energi berbasis emisi rendah dan ramah lingkungan.