Home Info Sawit Bahan Bakar Minyak Sawit Berperan dalam Transisi Penggunaan Energi Bersih

Bahan Bakar Minyak Sawit Berperan dalam Transisi Penggunaan Energi Bersih

Jakarta, Gatra.com - Dalam pertemuan para Menteri Energi yang tergabung dalam grup 20 negara perekonomian terbesar dunia, atau G20, setahun lalu, berhasil dicapai kesepakatan Komunike Bersama Menteri Energi G20 yang dituangkan dalam dokumen Circular Carbon Economy (CCE) Platform.

Dalam dokumen CCE Platform tersebut, para Menteri Energi G20 sepakat bahwa biofuel adalah salah satu komponen penting untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui teknologi dan inovasi (elemen reduce), serta menetralkan emisi karbon melalui proses alami dan dekomposisi (elemen recycle).

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengatakan, terkait pemanfaatan biofuel, Indonesia tengah melakukan upaya membangun kemandirian dan kedaulatan energi nasional dengan mendorong peningkatan pemanfaatan biofuel.

Salah satu inovasi yang berhasil dilakukan adalah implementasi Biodiesel 30% (B30) di sektor transportasi, yang diperkirakan dapat menurunkan emisi sebesar 16,9 juta ton CO2e. “Program pemanfaatan biodiesel ini menjadi bentuk nyata partisipasi aktif Indonesia dalam aksi penurunan emisi GRK global,” jelas Arifin.

Selain itu, Indonesia juga telah menemukan katalis yang efektif dalam proses produksi fraksi (jenis bentukan) minyak bumi dengan bahan bakar minyak sawit atau green fuels di kilang Pertamina, yakni Katalis Merah Putih.

Kemampuan biodiesel sawit dalam menurunkan emisi juga telah diuji dan dibuktikan oleh banyak penelitian baik dalam skala nasional maupun internasional. Hasil perhitungan komisi Uni Eropa melalui The European Council’s Directive 2009/28/EC menunjukkan, produksi biodiesel sawit (tanpa proses produk yang spesifik) mampu menghemat emisi sebesar 36 persen.

Sementera, produksi biodiesel sawit yang feedstock-nya berasal dari perkebunan yang telah mengimplementasikan teknologi methane capture dalam pengolahan POME, memiliki kemampuan dalam emission saving lebih tinggi, yakni mencapai 62 persen. Kemampuan biodiesel sawit (dengan methane capture) tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan biodiesel rapa, biodiesel kedelai, dan biodiesel bunga matahari dalam menghemat emisi gas rumah gaca.

Karena itulah, Biofuel diyakini dapat memainkan peranan unik dalam percepatan transisi energi menuju sistem energi yang lebih bersih di masa depan dan mendukung pertumbuhan ekonomi.