Home Ekonomi Pemerintah Ingin Transisi ke Energi Ramah Lingkungan

Pemerintah Ingin Transisi ke Energi Ramah Lingkungan

Jakarta, Gatra.com – Kebijakan energi nasional sedang diarahkan untuk transisi dari energi fosil ke energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan. Upaya ini sejalan dengan komitmen Indonesia pada Paris Agreement, yaitu penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% dan 41% dengan bantuan internasional.

Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam webinar diseminasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN Tahun 2021-2030 pada Selasa (5/10). Menurutnya, komitmen mengatasi perubahan iklim tengah dilakukan melalui roadmap net zero emissions.

“Salah satu tantangan yang dihadapi menuju net zero emissions adalah menyediakan listrik dari sumber energi yang rendah karbon. Hal ini berdampak pada keharusan mengurangi dominasi energi fosil, terutama batubara pada sektor pembangkitan yang saat ini cukup besar,” ungkap Arifin.

Tantangan lainnya, industri juga dituntut untuk menggunakan energi rendah karbon agar produksinya dapat diserap oleh pasar internasional. Sebab, masyarakat internasional semakin peduli terhadap transisi energi, ‘produk hijau’, dan isu pemanasan global.

Arifin menambahkan, pandemi Covid-19 mengakibatkan proyeksi pertumbuhan permintaan listrik pada RUPTL sebelumnya tidak sesuai dengan kondisi terkini. Pada RUPTL 2019-2028, konsumsi listrik ditargetkan tumbuh rata-rata 6,4% per tahun. Namun, RUPTL 2021-2030 memperkirakan pertumbuhan konsumsi listrik rata-rata sekitar 4,9% per tahun.

“RUPTL PLN 2021-2030 lebih hijau karena porsi penambahan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) mencapai 51,6%. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan penambahan pembangkit energi fosil yang sebesar 48,4%,” imbuhnya.

Arifin mengatakan, pihaknya membuka kesempatan lebih besar kepada pengembang listrik swasta atau independent power producer (IPP). Sehingga, bisa turut mempercepat penambahan pembangkitan sebesar 40,6 gigawatt selama 10 tahun ke depan, termasuk pembangkit berbasis EBT.

“Dengan pertimbangan kemampuan investasi, maka PLN didorong untuk lebih fokus berinvestasi pada pengembangan dan penguatan sistem panyaluran tenaga listrik, serta peningkatan pelayanan konsumen,” tutur Arifin.

160