Home Gaya Hidup Wagub DKI Jakarta Minta Penerbit Buku Adaptif Perubahan Digital

Wagub DKI Jakarta Minta Penerbit Buku Adaptif Perubahan Digital

Jakarta, Gatra.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria berharap para pelaku bisnis perbukuan beradaptasi dengan era baru agar dunia literasi tidak tergilas laju perubahan teknologi.

Menurutnya, era digital dengan berbagai disrupsi yang terjadi membawa budaya baru dalam dunia literasi. Saat ini anak-anak muda lebih familiar dengan teks-teks digital daripada cetakan kertas.

Maka dari itu penerbit buku dan insan perbukuan lainnya harus lebih adaptif dengan perubahan zaman.

"Saya berharap insan perbukuan tidak kehabisan tenaga. Tetap semangat dan inovatif dalam menelurkan produk-produkt literasi, sehingga dapat mengedukasi masyarakat," katanya pada saat meresmikan Rumah Literasi Jakarta dan peluncuran portal Jakarta Book Review, di Kompleks Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (9/10).

Menurutnya, budaya membaca erat kaitannya dengan ketersedian naskah dan bacaan yang bermutu, dan itu harus selalu disediakan, walau dengan cara yang tak mudah. "Siapa lagi yang dapat mengemban tugas itu selain insan perbukuan. Harus tetap optimis,” lanjutnya.

Budaya literasi bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga tentang melihat dan memahami segala sumber informasi. Tanpa kemampuan literasi yang memadai, orang tidak akan dapat menghadapi tantangan-tantangan kekinian.

Rumah Literasi Jakarta memberikan ruang alternatif kepada insan perbukaan untuk terus kreatif dan produktif. (Gatra/Dok. Rumah Literasi)

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta, Hikmat Kurnia, menyambut baik masukan Wakil Gubernur DKI ini. Ia optimis dunia perbukuan masih memiliki prospek yang cerah. Generasi milenial yang ada saat ini, meskipun mungkin jarang membaca buku akan tetapi stamina bacanya cukup baik karena mereka terbiasa dengan teks-teks media sosial maupun aplikasi percakapan.

Saat ini, insan perbukuan memang harus meningkatkan kapasitasnya di platform digital, baik secara produksi maupun marketing. Perubahan seperti itu, lanjut Hikmat, adalah hal yang wajar.

Masa sekarang ini adalah transisi ke era baru, seperti saat Johannes Gutenberg menemukan mesih cetak di abad ke-14, platform baca langsung beralih dari daun lontar ke kertas. Namun secara konten tidak berubah, malah makin kaya.

Ia berharap para pelaku bisnis buku cepat mengadaptasi tuntutan zaman. Bila demikian, maka buku-buku dan naskah bermutu akan dengan mudah diakses oleh anak-anak muda. "Sebuah budaya akan maju apabila ada pendukungnya, maka mari kita ciptakan komunitas buku yang setia dengan konten, dalam platform apapun," katanya.

Sementara itu, Founder “Rumah Literasi Jakarta” (RLJ), Luqman Hakim Arifin menjelaskan, pendirian Rumah Literasi Jakarta adalah salah satu upaya memajukan dunia literasi di Jakarta sekaligus memberikan ruang alternatif kepada insan perbukaan untuk terus kreatif dan produktif.

“Semoga langkah kecil ini memberikan manfaat,” ujar Luqman. Momentnya pun pas, karena tahun depan, November 2022, Jakarta akan menjadi tuan rumah Kongres Penerbit Internasional ke-33.

Salah satu kegiatan Rumah LIterasi Jakata adalah mengumpulkan dan mereview buku-buku yang berkualitas sebagai kompas pemandu bacaan warga Jakarta bahkan Indonesia, melalui Jakarta Book Review yang memiliki portal www.jbr.id. “JBR ini puzzle yang hilang. Semoga kemunculannya dapat ikut serta membantu dan memajukan perkembangan duniai literasi di Indonesia,” ujarnya

Dengan adanya review-review buku yang berkualitas diharapkan semakin banyak buku dan naskah yang diterbitkan, sehingga pembacanya semakin cerdas, kritis dan memicu produktifitas penulis.

93