Home Kesehatan Prokes Kunci Keamanan PTM, Pemerintah Kami Pengawasan Ketat

Prokes Kunci Keamanan PTM, Pemerintah Kami Pengawasan Ketat

Jakarta, Gatra.com- PLT Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg. Arianti Anaya, MKM menjelaskan, untuk menjamin keamanan, mutu, dan manfaat alat kesehatan serta Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang beredar di sekolah-sekolah selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, Kementerian Kesehatan terus melakukan pengawasan yang ketat pada pra dan pasca peredaran.

"Kerja sama sinergis antara pemerintah, industri, penyalur, pemberi layanan kesehatan dan masyarakat harus dilakukan untuk melaksanakan pengawasan, pembinaan, hingga pengendalian sehingga semua sekolah dapat menjadi tempat belajar yang aman, nyaman dan terlindungi," katanya dalam Indonesia Hygiene Forum (IHF) yang dilaksanakan virtual, Rabu (13/10).

Sementara dari sisi kesiapan pihak sekolah, Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd. menegaskan, setiap sekolah harus menyiapkan Satgas Covid-19 dan melakukan optimalisasi UKS. "Prosedur-prosedur lain pun harus diterapkan, utamanya dalam hal penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)," ujarnya.

Sesuai SKB Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19, ada serangkaian hal penting yang harus dilakukan oleh semua warga satuan pendidikan selama PTM terbatas. Beberapa di antaranya adalah selalu memakai masker selama berada di satuan pendidikan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menjaga jarak, serta menerapkan etika batuk dan bersin.

Chief of Water, Sanitation and Hygiene (WASH) Unicef ​​Indonesia, Kannan Nadar mengatakan, PTM Terbatas merupakan salah satu manifestasi dari new normal dan membutuhkan pendekatan seluruh masyarakat untuk menjawab tantangan tersebut. “Ada banyak dampak negatif pada anak-anak dari penutupan sekolah yang berkepanjangan dan konsekuensinya semakin parah, terutama bagi anak-anak yang paling rentan yaitu di pedesaan, daerah terpencil, dan mereka yang memiliki disabilitas," jelasnya.

Kondisi ini termasuk meningkatnya angka putus sekolah, penurunan prestasi belajar anak-anak dengan banyaknya peserta didik yang diperkirakan akan mengalami kehilangan belajar. Serta dampak pada kesejahteraan psikososial dan kesehatan mental mereka yang disebabkan oleh isolasi sosial yang berkepanjangan yang dikombinasikan dengan ketidakpastian ekonomi.

Pakar Epidemiologi dari Universitas Gajah Mada, Dr. Bayu Satria Wiratamamenerangkan bahwa peranan Satgas Covid-19 sekolah harus melibatkan guru, orang tua atau wali murid, serta warga sekolah lainnya, termasuk masyarakat sekitar. Seluruh pihak harus bahu-membahu dalam membuat protokol tata laksana jika muncul kasus, membangun jejaring komunikasi dengan Puskesmas atau Dinas Kesehatan setempat.

"Juga menyiapkan ruangan UKS khusus infeksi, melatih dan membentuk tim skrining. Hingga memantau kondisi harian setiap warga sekolah," jelas Bayu.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk, Reski Damayanti menyampaikan, sejak awal pandemi, Unilever Indonesia berkomitmen untuk turut mengambil peran, membantu Indonesia menangani pandemi melalui berbagai jenis dukungan.

"Sebagai perusahaan yang memproduksi produk-produk yang dekat keseharian masyarakat, kami memiliki peran untuk menyediakan produk kebersihan dan higienitas yang berkualitas serta mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat serta penerapan protokol kesehatan," katanya.

Selama pandemi, Unilever Indonesia juga telah memberikan bantuan berupa produk kebersihan dan higienitas serta sarana cuci tangan yang disalurkan ke sekolah dasar di berbagai kota atau kabupaten. Dilengkapi berbagai program edukasi untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya PHBS.

"Semoga pelaksanaan IHF hari ini semakin menggenapkan upaya kami untuk mempererat kerja sama dari semua pihak dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan higienis, tutup Reski.

110