Yogyakarta, Gatra.com - Para anggota Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) sepakat bahwa konsep smart city tidak hanya pada platform atau teknologi semata. Namun pada terbentuknya ekosistem pemerintahan berbasis masyarakat.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif sekaligus Sekretaris Dewan Pengurus APEKSI Alwis Rustam usai penutupan rapat kerja teknik, Jumat malam (15/10).
"Ekosistem yang dimaksud adalah masyarakat serta birokrasinya siap dalam memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat," kata Alwis.
Lewat pertemuan yang berlangsung sejak Rabu (14/10) dan berakhir malam ini, Alwis mengungkapkan, forum ini menjadi momentum bagi 53 wali kota dalam menguatkan sinergi ekonomi yang melibatkan swasta.
"Kami sepakat penerapan konsep smart city akan memberi dampak positif sangat besar bagi sektor pariwisata," jelasnya.
Pasalnya, penggunaan teknologi informasi dalam smart city menyajikan beragam informasi yang memudahkan masyarakat mengunjungi destinasi wisata.
Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti berpesan kepada anggota APEKSI agar tak terlalu memfokuskan pada infrastuktur atau label kota smart city.
"Yang lebih utama dari konsep smart city adalah tersambungnya pemerintah, dunia usaha, masyarakat dan aparatur sipil negara (ASN) melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi," tegas Haryadi.
Ia menambahkan, konsep smart city sebenarnya sangat sederhana, yaitu menyambungkan keempat pilar penopangnya, yakni pemerintah, swasta, masyarakat, dan ASN/birokrasi.
Menurutnya, agar konsep itu berdampak positif besar, diperlukan peningkatan kualitas pemanfaatan teknologi informasi dan komuniksi oleh keempat pilar penopang tersebut.
"Smart city bukan apa, tapi siapa yang menjalankannya. Jadi bukan hanya label smart city saja, tapi antara pemerintah, masyarakat, swata, dan ASN betul-betul terhubung untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," katanya.
