Home Internasional Ribuan Massa Kecam Pemecatan Hakim Agung hingga Tolak Adopsi Bitcoin

Ribuan Massa Kecam Pemecatan Hakim Agung hingga Tolak Adopsi Bitcoin

San Salvador, Gatra.com – Ribuan orang di El Salvador turun ke jalan untuk menyampaikan kritik terhadap Presiden Nayib Bukele, Ahad (17/10). Massa menyoroti pengadopsian bitcoin sebagai alat pembayaran sah, hingga pemecatan hakim Mahkamah Agung (MA) yang dinilai sebagai perebutan kekuasaan.

Sekitar empat ribu orang berbaris melalui Ibukota San Salvador. Mereka juga mengkritik potensi Bukele untuk mencari masa jabatan kedua berturut-turut. Orang-orang di jalan meneriakkan slogan, “Apa yang diinginkan El Salvador? Singkirkan diktator!”.

Dilansir Reuters, Senin (18/10), di dekat alun-alun utama Ibukota, pengunjuk rasa membakar boneka bergambar presiden berusia 40 tahun itu. Bulan lalu, Bukele menyatakan dirinya “Kaisar El Salvador” melalui akun Twitternya, dalam sebuah lelucon di tengah kekhawatiran tentang peningkatan konsentrasi kekuasaannya.

Pada Mei, kongres yang didominasi untuk pertama kalinya oleh Partai Ide Baru memutuskan memecat hakim di panel konstitusional MA. Selain ahli hukum paling senior di El Salvador, kongres juga memecat jaksa agung saat itu.

Hakim pengganti, yang dianggap bersahabat dengan Bukele, dengan cepat dipilih untuk menempati posisi hakim MA. Aksi ini menimbulkan kecaman keras dari Amerika Serikat (AS) serta kelompok hak asasi internasional terkemuka.

Pemerintahan Bukele dikecam AS setelah hakim Mahkamah Agung memutuskan bahwa presiden dapat mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua berturut-turut, yang menurut Washington tidak konstitusional.

“Kami benar-benar kehilangan hak, karena saat ini mereka tidak menghormati hukum. Di sini, apa yang dilakukan adalah kehendak Nayib,” kata Rosa Granados, seorang anggota serikat buruh yang berpartisipasi dalam protes.

“Jika dia mengangkat tangannya, semua deputi menyetujuinya dan tidak ada hukum. Tidak ada proses hukum yang dihormati,” tambahnya.

Lewat twitter, Bukele menyebut protes itu sebagai kegagalan. “Pawai itu gagal dan mereka tahu itu.... Tidak ada yang percaya mereka di sini lagi,” tulis Bukele.

205