Home Ekonomi Daerah Pimpinan MFA Sulit Melakukan Program IP 400 Kementan

Daerah Pimpinan MFA Sulit Melakukan Program IP 400 Kementan

Batanghari, Gatra.com – Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Batanghari, Jambi, Mara Mulya Pane, merasa kesulitan melakukan program Indeks Pertanaman 400 (IP 400) Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia.

"Kita belum bisa melakukan IP 400 atau 4 kali setahun tanam padi seperti daerah Sukoharjo, Jawa Tengah, karena bukan sawah irigasi," kata Pane dikonfirmasi Gatra.com, Senin (25/10).

Pria akrab disapa Ucok ini berujar, IP 400 memerlukan teknologi full sehingga waktu tanam tidak terlalu panjang. Sedangkan petani padi daerah pimpinan Muhammad Fadhil Arief (MFA) masih terbiasa pola tanam jangka panjang.

"Kebiasaan ini yang akan kita ubah, mudah-mudahan ke depan nanti ada perubahan, paling tidak meningkatkan IP 200 atau 2 kali tanam setahun," ucapnya.

Petani padi di daerah berjuluk Bumi Serentak Bak Regam ini masih melakukan IP 250 atau dalam 2 tahun 5 kali tanam. Potensi luas lahan sawah 2 kali tanam setahun di angka 456 hektare. Mengingat lahan sawah daerah ini terbagi dua, yakni tadah hujan dan rawa lebak. 

"Harapan ke depan ada beberapa potensi lahan ini didukung APBD Batanghari dan APBN, paling tidak bisa mengejar 2 kali tanam setahun," katanya.

Jumlah luasan sawah eksisting pada tahun 2021, kata Pane, berada di angka tanam 7.606 hektare. Sedangkan luas sawah tadah hujan 7.814 hektare dan sawah rawa lebak 5.556 hektare. Jadi, total potensi lahan sawah berjumlah 13.518 hektare.

Sawah tadah hujan Kecamatan Maro Sebo Ulu seluas 1.983 hektare, Kecamatan Mersam 2.275 hektare, Kecamatan Muara Tembesi 841 hektare, Kecamatan Batin XXIV 167 hektare, Kecamatan Maro Sebo Ilir 675 hektare, Kecamatan Muara Bulian 1.850 hektare, dan Kecamatan Bajubang 23 hektare.

"Kecamatan Pemayung tidak ada potensi lahan sawah tadah hujan," ujarnya. 

Ia berkata, untuk luas sawah rawa lebak Kecamatan Mersam mencapai 2.160 hektare, Kecamatan Muara Tembesi 525 hektare, Kecamatan Batin XXIV 40 hektare, Kecamatan Maro Sebo Ilir 423 hektare, Kecamatan Muara Bulian 170 hektare, dan Kecamatan Pemayung 2.238 hektare.

"Kecamatan Bajubang dan Maro Sebo Ulu tidak ada potensi lahan sawah rawa lebak," katanya.

Dinas TPH Batanghari akan menjadikan 5.912 hektare dari total potensi lahan sawah sebagai peningkatan optimasi lahan atau pembukaan lahan sawah baru dan cetak sawah. Pihaknya mengakui tak bisa melaksanakan pengaturan air karena lahan pertanian adalah tadah hujan dan rawa lebak.

"Di saat debit hujan tinggi, lahan kita tenggelam, di saat kemarau lahan kita kekeringan. Inilah salah satunya dengan pola teknologi pompanisasi dan alsintan. Harapan kita ke depan selalu dapat dukungan APBD Batanghari maupun APBN," ucapnya.

Solusinya mengatasi masalah IP 400 memang memerlukan biaya besar dengan menciptakan embung atau mengatur pintu air. Ketersediaan embung tergantung daripada luasan sawah. Bicara pompanisasi atau sumur bor, hanya untuk 5 hektare lahan sawah. 

"Fungsi embung menampung air hujan di saat kemarau. Kita ketahui apabila debit air tinggi, kita tidak bisa mengadang air. Tetapi kalau masalah kekeringan masih ada upaya mengaliri sawah tersebut," ujarnya.

Hasil panen petani padi Kabupaten Batanghari per hektare 4,6 ton. Total seluruhnya jika di kali jumlah luasan sawah eksisting 7.606 hektare, maka jumlah padi mencapai angka 34.987,6 ton. Pane berkata, data ini valid berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Batanghari, hasil perolehan kerangka sampel area.

"Batanghari menerima penghargaan peningkatan produksi padi tahun 2020 dengan posisi peringkat kedua. Piagam penghargaan diserahkan Gubernur Jambi Al Haris sewaktu HUT Kabupaten Tanjung Jabung Timur," ucapnya.

1353