Home Ekonomi Investasi Berkelanjutan Memerlukan Kolaborasi Berbagai Pihak

Investasi Berkelanjutan Memerlukan Kolaborasi Berbagai Pihak

Jakarta, Gatra.com – Chief Environmental Officer Microsoft, Lucas Joppa, mengatakan, perlaku bisnis dan pihak terkait harus bekerja sama atau berkolaborasi untuk mewujudkan investasi berkelanjutan.

“Kita perlu memahami solusi. Selain itu, kita perlu bekerja sama dalam segala aspek, mulai dari bisnis,” ungkap Joppa dalam keterangan terulis yang diterima pada Rabu (27/10).

Ada pun investasi berkelanjutan ini mempertimbangkan berbagai faktor, di antaranya lingkungan, sosial, dan pemerintah. Investasi ini mengajak perusahaan untuk berusaha mencegah perubahan iklim dan rusaknya lingkungan.

Melalui investasi berkelanjutan, dunia usaha atau perusahaan bisa terus beroperasi dalam jangka panjang. Keberlanjutan ini bukan hanya sekadar mencegah perubahan iklim dan pengurangan emisi, tetapi juga terkait ekonomi, lingkungan, tata kelola perusahaan hingga digitalisasi.

Lucas Joppa dalam webinar betajuk “ASEAN Business Forum: Is There an ASEAN Way to Sustainability?” gelaran Standard Chartered, lebih lanjut menyampaikan, pihak terkait harus mendalami dan mengatasi hambatan investasi berkelanjutan.

Pasalnya, kata dia, investasi keberlanjutan tidak hanya pertumbuhan tetapi pertumbuhan yang berkelanjutan. Untuk mencapainya, perusahaan harus memiliki kesadaran dengan membuat langkah-langkah yang tepat, seperi transformasi bisnis, perubahan sosial, pengalaman, dan sebagainya.

Menurutnya, ini bukan sekadar culture point dalam organisasi, melainkan perlu perubahan di semuja level, tak terkecuali pada ekosistem lain, seperti suplier dan seterusnya.

Lucas Joppa mengungkapkan, pihaknya mempunyai pathway yang memudahkan menuju net zero. Microsoft mempunyai pathway karena telah berkomitmen dan memiliki progres yang baik serta memahami bahwa tidak mudah untuk mereduksi emisi.

Menurutnya, investasi berkelanjutan ini harus dimulai karena persoalannya cukup sulit dan kompleks. Semua elemen harus mulai mengatasai persoalan meskipun memakan waktu cukup lama, yakni bisa tahunan bahkan dekade.

Sementara itu, Vice President Director Group Chief Executive Officer Indika Energy, Azis Armand, menyampaikan, tantangan keberlanjutan terdiri dari teknikal dan perspektif. Terkait ini, pihaknya sudah mempunya inisiatif dan strategi untuk mentransformasi perusahaan.

Langkah pertama, lanjut Azis, yakni mengurangi carbon footprint. Ketentuan ini berlaku di induk dan anak usaha Indika. Kedua, menggunakan Iot untuk operasi eksisting. “Realisasi ini bagian dari komitmen pada kami pada keberlanjutan.” ujarnya.

Senada dengan Azis, Global Head Sustainable Finance Standard Chartered, Daniel Hanna, mengungkapkan bahwa terdapat tantangan dan teknikal gap yang dihadapi dalam keberlanjutan ini. Terlebih lagi, dalam 9 tahun mendatang perlu mengurangi emisi global sekitar 45%.

Menurutnya, ASEAN memiliki peran penting untuk mencapai target mengurangi emisi global sekitar 45% tersebut. Untuk mencapainya, semua elemen khususnya dunia usaha agar memulainya, termasuk memberikan kompensasi kepada pihak yang terdampak.

Adapun untuk kritikal, dibutuhkan upaya bersama menghentikan emisi melalui pemberian kapital dan mengakselerasi teknologi secara bersama-sama demi memulihkan lingkungan secara signifikan.

Head of South East Asia COP26 Strategy British High Commission Singapore, Isabelle de Lovinfosse, tak menampik bahwa kemampuan investasi keberlanjutan sangat kritikal dan memang sulit sehingga memerlukan persiapan COP26.

Karena itu, lanjut Isabelle, upaya ini membutuhkan dana yang memadai guna mendukung bisnis dan inovasi bisa bertransisi dan mewujudkan keberlangsungan. Ini sudah jelas sehingga bisa memulainya dari poin awal dari sisi industri.

Keberlanjutan, kata Isabelle, tak boleh dilihat hanya dari 9 hal umum. Pasalnya, memerlukan pemahanan secara mainstream demi kehidupan. Proyek EBT, deforestation, dan lean manufacture perlu digerakkan menjadi hal available yang mainstream di ASEAN.

Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan subsidi untuk mendukung keberlanjutan ini. Ada pun sektor keuangan, bisa memberikan sesuatu yang anyar melalui sisi yang berbeda, bukan hanya secara tradisional.

117