Solo, Gatra.com – Gabungan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) menggelar aksi unjuk rasa atas kematian Gilang Endi (21), mahasiswa yang meninggal saat pendidikan dan pelatihan (diklat) resimen mahasiswa (menwa).

Aksi kedua ini digelar menyusul demonstrasi pertama, beberapa hari setelah Gilang meninggal. Aksi dimulai sekitar pukul 12.00 WIB dan diikuti ratusan peserta yang mengenakan pakaian hitam. Dalam suasana mendung dan gerimis, para mahasiswa menyampaikan tuntutan atas meninggalnya kawan mereka.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNS, Zakky Musthofa Zuhad, mengatakan ada tiga tuntutan untuk Rektorat dan Menwa UNS. Pertama mereka ingin pihak kampus dan menwa menyampaikan secara transparan kematian Gilang.

”Sejauh ini tidak ada informasi yang transparan yang disampaikan oleh pihak kampus. Informasi yang muncul pun dari kepolisian dan masih sangat sedikit,” kata Zakky saat ditemui di sela aksi, Senin (1/11).

Kedua, kampus dan menwa diminta bertanggung jawab atas meninggalnya Gilang Endi karena kampus memiliki peran atas kematian Gilang. ”Secara birokrasi kampus menghadirkan izin kegiatan. Bahkan kejadian semacam ini tidak hanya terjadi sekali. Kejadian semacam ini terjadi pembiaran dari tahun ke tahun,” katanya.

Tuntutan ketiga, peserta aksi meminta pembubaran menwa karena dianggap tidak relevan lagi dengan dunia akademik saat ini. Apalagi merujuk Peraturan Rektor Nomor 26 Tahun 2020 tentang Organisasi Kemahasiswaan UNS, banyak aturan dilanggar menwa.

”Misalnya terkait jam kegiatan yang secara aturan maksimalnya selesai pukul 21.00 WIB. Namun terbukti jam sebelas malam (acara menwa) belum selesai,” katanya.

Unjuk rasa ini berakhir sekitar pukul 17.00 WIB. Dalam aksi ini para mahasiswa juga membentuk tim untuk membantu penyelidikan kematian Gilang bersama Tim Evaluasi Menwa yang dibentuk rektorat. Peserta aksi diterima oleh jajaran rektorat, di antaranya Wakil Rektor I Ahmad Yunus, Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan UNS Sutanto, dan Ketua Tim Evaluasi Menwa Suni Ummu Firdaus.