Home Internasional Di KTT COP26, Jokowi: Perubahan Iklim adalah Ancaman Besar

Di KTT COP26, Jokowi: Perubahan Iklim adalah Ancaman Besar

Glasgow, Gatra.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan perubahan iklim merupakan ancaman besar untuk kemakmuran serta pembangunan dunia. 

"Yang Mulia, perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global. Solidaritas, kemitraan, kerja sama, kolaborasi global merupakan kunci," ujarnya, dalam pidatonya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia Conference of the Parties ke-26 (COP26) di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, pada Senin, 1 November 2021, dilansir dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, (2/11).

Jokowi mengatakan, dengan potensi alam yang begitu besar, Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Seperti laju deforestasi yang turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Dan kebakaran hutan juga turun 82% di tahun 2020 lalu.

Ia mengatakan bahwa Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu hektare sampai tahun 2024 mendatang, yang terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara tahun 2010 sampai 2019. Di mana sektor yang semula menyumbang 60% emisi Indonesia akan mencapai carbon net sink selambatnya tahun 2030.

Di sektor energi, kata Jokowi, Indonesia juga terus melangkah maju dengan pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Asia Tenggara, pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk bio fuel, serta pengembangan industri berbasis clean energy, termasuk pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).

"Tetapi, hal itu tidak cukup. Kami, terutama negara yang mempunyai lahan luas yang hijau dan potensi untuk dihijaukan, serta negara yang memiliki laut luas yang potensial menyumbang karbon membutuhkan dukungan dan kontribusi dari internasional, dari negara-negara maju," imbuhnya.

Jokowi mengatakan Indonesia akan terus memobilisasi pembiayaan iklim dan pembiayaan inovatif, serta pembiayaan campuran, obligasi hijau dan sukuk hijau. Sementara, penyediaan pendanaan iklim dengan mitra negara maju merupakan "game changer" dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. 

"Indonesia akan dapat berkontribusi lebih cepat bagi net zero emission dunia. Pertanyaannya, seberapa besar kontribusi negara maju untuk kami? Transfer teknologi apa yang bisa diberikan? Ini butuh aksi, butuh implementasi secepatnya," ucapnya.

Selain itu, tambah Jokowi, carbon market dan carbon price harus menjadi bagian dari upaya penanganan isu perubahan iklim. Ekosistem ekonomi karbon yang transparan, berintegritas, inklusif, dan adil harus diciptakan. 

"Yang Mulia, sebagai penutup, di KTT ini, atas nama forum negara-negara kepulauan dan pulau kecil, AIS [Archipelagic and Island States], Indonesia merasa terhormat dapat mensirkulasikan pernyataan bersama para pemimpin AIS Forum. Sudah menjadi komitmen AIS Forum untuk terus memajukan kerja sama kelautan dan aksi iklim di UNFCCC [United Nations Framework Convention on Climate Change]. Terimakasih," kata Presiden, menutup pidatonya di KTT COP26.

384