Home Kesehatan Resistensi Antimikroba Timbulkan Masalah Kesehatan Serius bagi Manusia

Resistensi Antimikroba Timbulkan Masalah Kesehatan Serius bagi Manusia

Jakarta, Gatra.com - Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Harry Parathon mengatakan Antimicrobial Resistance (AMR) atau resistensi antimikroba menimbulkan masalah kesehatan, terutama pada manusia.

 

"Kita tahu bahwa AMR menimbulkan masalah kesehatan, terutama ujung-ujungnya adalah manusia. Meskipun pada hewan juga ada masalah AMR, tetapi ujung pangkalnya itu ke manusia," ujarnya, via Zoom dalam webinar bertajuk Kebijakan Peresepan dan Praktik Penjualan dan Konsumsi Antibiotik di Indonesia, yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube INDOHUN, Jumat, (5/11).

 

"Dan manusia inilah yang menjadi problematika penyelesaian kesehatan akibat AMR itu," imbuh Harry.

 

Resistensi antimikroba juga sangat merugikan upaya dunia medis dalam menolong pasien. Adapun penanganan menjadi lebih sulit, lama, dan mahal. "Jadi kegagalan operasi, kegagalan terapi, dan lain sebagainya itu luar biasa. Penambahan hari rawat inap, otomatis ini akan penambahan biaya, penambahan peralatan," terang Harry.

 

Alasannya, tambahnya, karena sebagian besar infeksi akibat AMR ini kompleks, apalagi kalau pasien memiliki komorbid seperti diabetes, lupus, Human Immunodeficiency Virus (HIV), dan lain sebagainya.Hal tersebut semakin menyulitkan proses penyembuhan pasien.

 

Di samping itu, Harry mengatakan, pada tahun 2050 mendatang diramalkan akan ada 10 juta kematian akibat resistensi antimikroba. Di mana Asia nantinya akan berkontribusi menyumbang 4,7 kematian per tahunnya, bahkan dapat melebihi kematian akibat COVID-19.

 

"Ini melebihi kematian dari COVID dan ini bisa sampai 10 juta [kematian akibat AMR]. Makanya lebih mengerikan sebetulnya," ungkap Harry.

 

"Hanya saja, kalau COVID itu ibaratnya seperti tsunami. Ya, ini ada fenomena yang bagus sekali, jadi serentak, selesai. Tetapi, resistensi ini seperti rob. Jadi dia tenggelam, pelan, pelan, pelan, pelan, pelan, tapi masif," tandasnya.

 

Reporter: Farid Nurhakim

90