Home Gaya Hidup Peringati 100 Tahun Jenderal Hoegeng, Keluarga Rilis Buku Biografi

Peringati 100 Tahun Jenderal Hoegeng, Keluarga Rilis Buku Biografi

Jakarta, Gatra.com - Dalam rangka memperingati 100 Tahun Jenderal Hoegeng Iman Santoso, mantan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5, keluarga dan kerabat Hoegeng menggelar acara launching buku biografi “Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan” secara virtual pada Minggu (07/11).

Dalam kesempatan tersebut, mantan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, turut bercerita dan mengenang Hoegeng sebagai sosok polisi yang sederhana dan berintegritas. "Dia (Hoegeng) itu yang terbaik dari Kapolri setelah zaman kemerdekaan," kata Megawati.

Pada suatu pagi, kenang Mega, ketika ia tengah dalam perjalanan menuju kampusnya di Universitas Indonesia, ia bertemu Hoegeng sedang menggowes sepeda di jalanan. Mega lalu menyapanya, dan bertanya mengapa seorang Kapolri seperti dia menaiki sepeda. Hoegeng, kata Mega, menjawab bahwa ia juga sekalian berolahraga. "Mana ada Kapolri naik sepeda kayak dia," sambung Mega.

Menurut Mega, Hoegeng adalah contoh gambaran terbaik seorang polisi yang berdedikasi. Hoegeng memiliki semangat juang dan mampu menjalankan tugas dengan baik. "Polisi harus punya dedikasi. Kalian yang akan menjadi pemimpin nasional di kemudian hari. Bukan hanya menjalankan tugas rutin belaka, atau karena ingin naik pangkat belaka," kata Mega.

Buku biografi itu ditulis oleh Farouk Arnaz, mantan jurnalis yang telah malang melintang di isu-isu kepolisian selama 17 tahun. Menurut Farouk, buku ini merupakan sebuah refleksi atas pembacaannya terhadap hasil wawancara seluruh keluarga dan kerabat Hoegeng.

"Saya mendapatkan sebuah kisah bahwa Hoegeng merupakan seseorang yang mempunyai dunianya sendiri. Ia adalah orang yang mampu mewarnai dunianya sendiri," kata Farouk.

Selama hidupnya, Hoegeng menduduki tiga jabatan penting. Dua kali di kepemimpinan Soekarno: Dirjen Imigrasi dan Sekretaris Kabinet Indonesia. Dan satu kali di kepemimpinan Soeharto: Kapolri.

Menurut Farouk, meski rezim telah berganti, Hoegeng tetap dipercaya mengemban tugas penting. "Ada faktor profesionalitas yang kuat di dalam diri Pak Hoegeng. Itulah yang coba saya potret di dalam buku ini. Kita merayakan kejujuran, kesederhanaan, dan keteladanan," tuturnya.

Sementara itu, putra tertua Hoegeng, Aditya Hoegeng, mengatakan bahwa buku ini mulanya hanya dibuat untuk internal keluarga dan pemesanan yang terbatas, dan utamanya hendak dipersembahkan untuk ibunya, Merry Hoegeng, pada 14 Oktober silam, tepat di hari kelahiran Hoegeng yang ke-100.

Gagasan bahwa buku itu mesti dilaunching untuk publik muncul belakangan. Semua anak-cucu Hoegeng akhirnya sepakat saweran untuk mendanai acara peluncuran buku. "Ini di luar prediksi kami. Acara ini adalah suatu mimpi yang terlaksana," ucap Aditya.

Buku ini hendak menyampaikan cerita dari sisi kemanusiaan Hoegeng, dari perspektif keluarga dan kerabat dekat. Buku-buku biografi tentang Hoegeng, yang pernah diterbitkan pada masa-masa sebelumnya, kata Aditya, lebih banyak mengungkapkan sisi kedinasan dan pekerjaan Hoegeng.

782