Home Gaya Hidup Tradisi Slup-slupan Berlaku Pula di Tempat Kerja, Ini Faktanya

Tradisi Slup-slupan Berlaku Pula di Tempat Kerja, Ini Faktanya

Karanganyar, Gatra.com – Tradisi slup-slupan bukan hanya berlaku untuk pindahan rumah. Namun juga tempat bekerja. Prosesinya sama persis, hanya saja para pelaku ritual sakral berjumlah lebih banyak.

Seperti yang terlihat pada slup-slupan kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Karanganyar pada Kamis (18/11). Mal Pelayanan Publik (MPP) yang selesai dibangun di Lalung, bakal menjadi tempat kerjanya para karyawan DPMPTSP. Sebelumnya, mereka berkantor di Cangakan.

Prosesi slup-slupan diawali kirab ubo rampe dari kantor lama ke kantor baru sejauh 2,1 kilometer. Para partisipan upacara sakral ini mengenakan baju adat jawa berupa beskap untuk pria dan kebaya bagi wanita. Puluhan pegawai berjalan kaki dengan membawa ubo rampe seperti air tujuh sumber yang tersimpan di dalam kendil serta tanaman akar wangi. Mereka juga membawa tumpeng komplit lauk pauknya.

Begitu tiba di kantor baru, air yang telah dicelup akar wangi dicipratkan ke sudut-sudut kantor. Kepala DPMPTSP Timotius Suryadi memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya kerja di kantor baru lebih bersemangat dan lancar.

Ia menjelaskan prosesi sakral tersebut bentuk tirakat masyarakat Jawa yang lazim dilakukan jelang menempati rumah baru. Dalam hal ini, kantornya merupakan rumah bagi seluruh karyawan.

“Agar diberi kemudahan dalam semua hal,” katanya.

Ia menjelaskan, air dari kendil diambil dari tujuh mata air, yakni Sumur Ngaliyan Lalung, Dawung Matesih, Papahan, Gaum Tasikmadu, Ngasem Colomadu, Pokoh Ngijo, dan Harjosari Popongan. Ketujuh sumber air itu berletak mengelilingi kantornya.

Sedangkan penggunaan akar wangi selaras dengan kemurnian air. Disebutkan, jenis akar tumbuhan ini mengeluarkan aroma khas. Akar wangi dicelupkan ke kendil berisi air dan bunga setaman, dimaknai mengusir aroma kurang bagus atau pengaruh kurang bagus di tempat tinggal.

“Dipercikkan ke sudut ruangan diiringi doa. Semoga membawa keharuman bagi Pemkab Karanganyar dalam melayani publik,” katanya.

Dalam rombongan juga terlihat sejumlah tanaman dikirab seperti tebu dan bambu. “Tebu dalam filosofi orang jawa memiliki makna anteping kalbu atau keteguhan hati. Diharapkan setiap karyawan dengan anteb dan keteguhan hati untuk mendiami rumah yang baru. Kemudian bambu adalah tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan. Memiliki akar yang kuat, batang yang kuat untuk digunakan manusia,” katanya.

1913