Home Hiburan Trie Utami: Sylvia Saartje Lebih dari Sekadar Penyanyi, Dia Pekarya

Trie Utami: Sylvia Saartje Lebih dari Sekadar Penyanyi, Dia Pekarya

Jakarta, Gatra.com – Film dokumenter “Sylvia Saartje Lady Rocker Pertama di Indonesia” telah resmi dirilis pada pekan kedua November kemarin. Flim tersebut tak hanya menampilkan jalan karier Jipi, sapaan Sylvia, sebagai penyanyi, tetapi juga latar belakang kehidupannya.

Penyanyi kawakan Trie Utami tak luput mengomentari film “Sylvia Saartje Lady Rocker Pertama di Indonesia”. Menurutnya, film tersebut berhasil menangkap lansekap karier dan kehidupan Jipi.

“Film-film dokumenter seperti ini, titik beratnya tidak hanya pada perjalanan karier, tetapi memotret seorang Sylvia Saartje lebih utuh dari hanya sekadar reportase penampilan atau karya. Tetapi bagaimana memotret hidup seorang penampil, pengkarya, di dalam dunia musik Indonesia. Ini yang jarang dilakukan,” ujar Trie dalam diskusi publik daring yang digelar pada Sabtu (20/11).

Menurut Trie, nama Sylvia Saartje sudah menjadi monumen di belantika musik Indonesia. Populer di masa Flower Generation, kesan retro Sylvia dianggap telah menjadi bagian sejarah musik Nusantara. Gambaran itu disebut tetap melekat hingga saat ini.

“Saya senang sekali Mbak Jipi masih sangat awet. Artinya masih memellihara kegelisahan berkarya. Itu buat saya penting. Itu yang membuat beliau tetap muda. Itu yang membuat dia seperti sekarang karena kegelisahannya terus dipelihara, kegelisahan untuk berkarya. Tidak hanya menyanyi,” ujarnya.

Trie pun berpesan kepada Sylvia untuk tetap merawat kegelisahan itu agar karya-karya lainnya bisa tetap bermunculan. Trie juga menyebut Jipi boleh membuat karya apa pun, termasuk karya di luar dunia musik. Masih menurut Trie, Sylvia bukan tipe seniman yang membuat karya hanya karena ingin terkenal.

“Saya tahu Mbak Jipi tidak seperti itu. Beliau menyanyi bukan supaya hanya menjadi eksis sebagai orang yang ktia sebut sebagai lady rocker, tapi saya lebih senang menyebut beliau sebagai seorang pekarya karena sebuah karya tidak pernah dilihat pada gendernya, karena karya tidak berbasis gender, karya adalah karya,” ujar Trie.

“Kegelisahan yang datang dari Mbak Jipi adalah kegelisahan seorang seniman, kegelisahan seorang pekarya, untuk selalu tetap berkarya,” tandas Trie.

662