Home Internasional Laporan UNICEF: Anak-anak Terpukul Krisis Ekonomi di Lebanon

Laporan UNICEF: Anak-anak Terpukul Krisis Ekonomi di Lebanon

Beirut, Gatra.com - United Nations Children's Fund (UNICEF) atau Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meminta Lebanon untuk mengambil tindakan segera guna melindungi anak-anak. Hal ini terjadi setelah mereka mendokumentasikan lonjakan tingkat pekerja anak dan kerawanan pangan negara tersebut sejak April lalu.

Sebuah laporan UNICEF mengatakan pada hari Selasa, 23 November 2021, bahwa anak-anak telah terpukul keras oleh krisis ekonomi yang mendalam di Lebanon yang diperparah oleh pandemi global virus corona. Di mana sudah menyebabkan sekitar 8 dari 10 orang miskin dan mengancam pendidikan sekitar 700 ribu anak, termasuk 260 ribu orang Lebanon, sebagaimana dilansir dari stasiun berita Al Jazeera pada Selasa, (23/11).

"Tindakan mendesak diperlukan untuk memastikan tidak ada anak yang kelaparan, sakit, atau harus bekerja daripada menerima pendidikan," kata Yukie Mokuo, perwakilan UNICEF di Lebanon, Selasa, 23 November 2021.

"Besarnya krisis yang mengejutkan harus menjadi peringatan," imbuhnya.

Badan PBB tersebut juga mengatakan, krisis multifaset, yang berakar pada korupsi dan salah urus selama beberapa dekade, telah menyebabkan gangguan dalam penyediaan layanan dasar seperti listrik dan air.

Laporan UNICEF pun menyebut bahwasanya hampir separuh rumah tangga tidak memiliki cukup air minum pada Oktober lalu, dengan sepertiga menyebutkan biaya merupakan faktor utama. Selain itu, laporan tersebut mencatat, kurang dari 3 dari 10 keluarga yang menerima bantuan sosial dan hal ini membuat mereka mengambil "langkah-langkah putus asa".

Adapun laporan itu mengatakan, proporsi keluarga Lebanon yang mengirim anak-anak untuk bekerja meningkat tujuh kali lipat menjadi 7% antara April dan Oktober. Untuk diketahui, Lebanon tengah bergulat dengan krisis keuangan terburuknya dengan hampir 80 persen populasi diperkirakan hidup di bawah garis kemiskinan.

Pada bulan Oktober, UNICEF menindaklanjuti dengan lebih dari 800 keluarga yang telah disurvei pada bulan April dan menemukan sejak saat itu kondisi kehidupan telah memburuk secara dramatis. "Masa depan seluruh generasi anak-anak dipertaruhkan," kata laporan itu.

200