Home Kesehatan Kolaborasi Lintas Sektor Kunci Penanganan Malnutrisi

Kolaborasi Lintas Sektor Kunci Penanganan Malnutrisi

Jakarta, Gatra.com – Pemerintah menilai gerakan penguatan perbaikan gizi harus mengedepankan kolaborasi antarsektor. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko, menjelaskan, gerakan perbaikan gizi lintas sektor saat ini sudah terangkum dalam gerakan Scalling Up Nutrition (SUN).

Subandi menyebut, SUN merupakan gerakan yang saat ini terus didorong pemerintah dalam mengatasi segala bentuk malnutrisi yang ada di Tanah Air, baik dari segi kekurangan maupun kelebihan gizi. Dalam satu dekade terakhir, dirinya mengkalaim gerakan SUN mampu menurunkan ancaman malnutrisi.

"Sejak 2011, perbaikan gizi memang telah menjadi fokus, khususnya dalam percepatan penurunan stunting. Tahun 2013 itu angka stunting itu berada di angka 37,8%. Angka itu berhasil kita tekan hingga 27,67%," kata Subandi dalam Konferensi Pers SUN Annual Meeting 2021 di Jakarta, Rabu (24/11).

Subandi pun tambah optimistis, Percepatan Pencegahan Stunting yang diperkuat dengan terbitnya Perpres No. 72 Tahun 2021. Amanat Perpres yang salah satunya mendorong kolaborasi antarsektor membuat Bappenas optimis target penekanan angka stunting hingga 14% di 2024 bakal tercapai.

"Tentu butuh dukungan lintas sektor. Dari Kementan misalnya dalam menyiapkan pangan kaya gizi, lalu BKKBN dalam menyosialisasikan ke keluarga, Kemenkes, dan lain sebagainya. 

Integrasi soal perbaikan gizi juga diamini oleh Deputi Budang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Kemenko PMK, Agus Suprapto. Menurut Agus, terbitnya Perpres Nomor 72 Tahun 2021 harus bisa jadi acuan implementasi penanganan stunting dan gizi buruk.

Agus juga menilai kolabrosi antarsektor harus menjadi penekanan ke depan. Karena Agus mengakui, hingga saat ini integrasi dalam penanganan kebutuhan gizi, khususnya dalam bidang pendataan, masih belum saling selaras.

"Sumber-sumber data penanganan saat ini masih tercecer. Sehingga, perlu langkah sinkronasi untuk keperluan validasi ke depan. Data saat ini masih sangat beragam, perlu diintegrasikan," tandas Agus

158