Home Internasional Selidiki Covid Varian Baru dari Afrika, Australia Perketat Wisawatan

Selidiki Covid Varian Baru dari Afrika, Australia Perketat Wisawatan

Sydney, Gatra.com - Australia pada hari Jumat mengatakan sedang menyelidiki varian COVID-19 yang baru, diidentifikasi menyebar di Afrika Selatan dan memperingatkan akan menutup perbatasannya bagi pelancong dari negara Afrika, jika risiko dari jenis baru meningkat.

Reuters, Jumat (26/11) melaporkan, ilmuwan Afrika Selatan khawatir varian baru ini dapat menghindari respons imun tubuh dan membuatnya lebih mudah menular karena memiliki "konstelasi mutasi yang sangat tidak biasa".
Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan pihaknya akan segera merespons jika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikannya sebagai varian baru utama.

“Seperti biasa, kami fleksibel. Dan jika saran medis adalah bahwa kami perlu mengubahnya, kami tidak akan ragu,” kata Hunt kepada wartawan di Sydney. 
“Itulah yang telah kita lakukan sebagai sebuah negara, apakah telah menutup perbatasan, apakah telah memastikan ada karantina,” tambahnya.

Khawatir dengan varian tersebut, Inggris untuk sementara waktu melarang penerbangan dari Afrika Selatan, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho dan Eswatini mulai Jumat, dan meminta para wisatawan Inggris yang kembali dari tujuan negara tersebut untuk dikarantina.

Pejabat kesehatan Inggris mengatakan jenis baru dapat membuat vaksin kurang efektif, karena memiliki protein lonjakan yang berbeda dari yang ada pada virus corona asli yang menjadi dasar vaksin.

WHO mengatakan akan membutuhkan "beberapa minggu" untuk memahami dampak dari varian baru.

Australia awal bulan ini melonggarkan pembatasan perbatasan internasional untuk pertama kalinya selama pandemi yang memungkinkan penduduk yang divaksinasi penuh, untuk kembali ke negara itu tanpa karantina setelah tingkat vaksinasi yang lebih tinggi.

Australia sebagian besar telah menekan infeksi tersebut pada sebagian besar wabah varian delta yang sangat menular, yang pada akhir Juni menyebar dengan cepat ke seluruh daerahnya. Sekitar 205.000 kasus dan 1.985 kematian telah dicatat sejauh ini, meski lebih rendah dari banyak negara lain di negara maju.

165