Home Ekonomi Kemenkeu: Tantangan Indonesia, Bagaimana Keluar dari MIT

Kemenkeu: Tantangan Indonesia, Bagaimana Keluar dari MIT

Jakarta, Gatra.com - Staf Khusus Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia Prof. Candra Fajri Ananda mengatakan Indonesia saat ini menghadapi suatu tantangan yakni bagaimana negara ini dapat keluar dari Middle Income Trap (MIT) atau jebakan negara berpendapatan menengah.

Hal itu disampaikannya via Zoom dalam webinar bertajuk "Jiwa Enterpreneur dan Marketing Skill pada Sektor Publik untuk Para Aparatur Sipil Negara", yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Timur dan GATRA Media Group, dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube GATRA TV pada Senin, (29/11).

Dosen dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) itu menuturkan, pada tahun 80-an negara ini masuk kelompok grup pendapatan kelas menengah dan menempati urutan yang paling atas. Lalu pada tahun 90-an, Korea Selatan justru di bawah Indonesia. "Tetapi setelah tahun 2000 berjalan, kita masih tetap di sana, yang Korea udah jalan duluan di atas kita, termasuk Cina. Tahun 80 Cina itu PDB [Produk Domestik Bruto] -nya seperempat dari negara kita," sambungnya.

"Setelah 25 tahun kemudian, 2005-an, Cina sudah di atas kita, mungkin bahkan 5 sampai 10 kali lipat. Sampai saat ini kemudian cadangan devisa Cina adalah cadangan devisa terbesar sedunia, mereka memiliki 4 ribu miliar US Dollar [USD]. Rusia atau US [United State] yang keliatannya besar itu ternyata cuma 900 [miliar], kita sekarang ini sekitar 140-an [miliar USD]," kata Candra.

Di samping itu, ia menyebut bahwa reformasi yang diperlukan di dalam membangun sektor publik itu sebenarnya adalah untuk merealisasikan tujuan-tujuan pembangunan yang negeri ini inginkan. "Jadi kembali lagi, tantangan yang kita hadapi tentunya adalah Middle Income Trap, di mana di dalam tantangan itu unsur birokrasi menjadi krusial," ucap Candra.

Ia pun mengatakan sebenarnya target Indonesia pada tahun 2045 mendatang adalah dapat menjadi ekonomi terbesar ke-5 di dunia. Serta PDB per kapitanya bisa mencapai sekitar 23 ribu USD per kapita. "Tentu dengan US dollar 23 ribu itu, pertumbuhan ekonomi kita enggak bisa sekitar 5 persen. Pertumbuhan ekonomi kita harus minimal itu 6 atau di atas 6 untuk bisa mencapai ini, tentu saja dengan menghadapi ini kita tidak bisa dengan cara-cara seperti sekarang," ujar Candra.

Kemudian ia menerangkan dalam beberapa pidato Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Jokowi selalu mengatakan birokrasi nanti akan menjadi kunci. "Tetapi birokrasi yang bagaimana yang akan kita bangun ke depan untuk menyongsong 2045? tentu tidak bisa yang seperti sekarang," kata Candra.

"Oleh karena itu, kita menginginkan bahwa posisi sekarang ini kita memang memerlukan transformasi ekonomi. Bahwa memang ini sudah mulai harus digeser dari layanan yang serba manual, pendataan yang serba manual, mengarah kepada digitalisasi. Tentu saja ini akan berpengaruh kepada organisasi publik kita," imbuhnya.


 

213