Home Kolom Alutsista, Diplomasi, dan Blusukan Prabowo

Alutsista, Diplomasi, dan Blusukan Prabowo

Wawancara

Dr. Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati

“Diplomasi Pertahanan Menhan Prabowo Terbilang Cerdas”

--------------

 

Indonesia masih menjadi pusat perhatian negara-negara besar dalam kerja sama pertahanan. Teranyar, Prancis membidik kerja sama pertahanan dengan RI dalam berbagai bidang. Selain memasok alutsista untuk Indonesia, Prancis berkenan menjalin berbagai kerja sama penting. Yakni di bidang intelijen, pelatihan dan pendidikan militer, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri pertahanan, kerja sama pasukan pemelihara perdamaian, pemberantasan terorisme, dan lain-lain. Kerja sama itu tertuang dalam kesepakatan Defense Cooperation Agreement (DCA).

Selain Prancis, Indonesia juga menggandeng kerja sama dengan Inggris dalam produksi kapal fregat Arrowhead 140. Kesepakatan tersebut diresmikan di London pada 16 September 2021. Inggris mempersilakan Indonesia memproduksi kapal fregat di galangan PT PAL Indonesia (Persero) dengan memberdayakan SDM lokal. Kerja sama dengan dua negara Uni Eropa ini menimbulkan sejumlah tantangan. Terutama dengan terbentuknya pakta pertahanan AUKUS yang melibatkan Inggris, Amerika, dan Australia—yang berdampak memanasnya hubungan ketiga negara dengan Prancis.

Sejak 2019, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memang terhitung aktif menyambangi negara-negara besar dalam upaya diplomasi pertahanan. Fenomena pakta trilateral AUKUS yang melibatkan Inggris, Amerika Serikat, dan Australia menjadi isu sensitif dalam dinamika keamanan dan pertahanan global. Terlebih, Asia Tenggara menjadi kawasan strategis di Indo-Pasifik yang tidak lepas dari pertarungan pengaruh negara adidaya.

Guna mengetahui lebih jauh tentang kerja sama pertahanan Indonesia yang digalang Indonesia dengan sejumlah negara Uni Eropa, wartawan Gatra Andhika Dinata mewawancarai pengamat intelijen dan pertahanan Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati. Berikut petikannya:

Bagaimana Anda memandang diplomasi pertahanan yang dilakukan Menhan Prabowo ke sejumlah negara?

Diplomasi pertahanan yang dijalankan Menhan Prabowo ke sejumlah negara terbilang terobosan yang cerdas. Beliau mampu melakukan diskusi ilmiah langsung dengan para menteri pertahanan negara-negara maju. Kemampuan komunikasi dan bahasa internasional yang dikuasai mendukung diplomasi pertahanan. Pembicaraan empat mata kerap dilakukan sehingga berbagai kesepakatan dapat dilakukan dengan cepat dan penuh kepercayaan.

Apakah blusukan Menhan ke negara tersebut akan berdampak terhadap kebijakan pengadaan alutsista RI?

Diplomasi pertahanan Menhan Prabowo sangat efektif dalam kebijakan pengadaan Alutsista. Skema yang ditawarkan juga bagus sekali, yaitu langsung G To G. Artinya, Menhan Prabowo lebih dari 4 simpul dalam skema acquisition dan/atau procurement. Skema G to G juga diyakini lebih efisien.

Bagaimana Anda melihat penjajakan kerja sama pertahanan Indonesia dengan Inggris, Prancis, dan Italia terkait alutsista?

Kerja sama pertahanan Indonesia dengan tiga negara kuat Eropa, seperti Inggris, Prancis dan Italia juga terjalin dengan baik. Kerja sama tersebut sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan atas rencana pengadaan alutsista TNI. Kepercayaan internasional sangat mendukung proses pengadaan alutsista TNI sesuai dengan kebijakan luar negeri Indonesia.

Kerja sama pertahanan dengan Inggris untuk pengadaan kapal Frigate Arrowhead 140 tetap berlangsung dengan baik sesuai mekanisme peraturan internasional. Demikian juga dengan pesawat tempur Rafale, kapal selam Scorpene dan kapal tempur Gowind dari Prancis. Seluruh alutsista yang dipilih Menhan Prabowo adalah teknologi militer kelas menengah ke atas. Pilihan tersebut menunjukkan Menhan Prabowo telah memperhitungkan dampak penangkalannya.

Apakah Uni Eropa akan menjadi mitra strategis ASEAN yang paling disukai (termasuk Indonesia) ketika persaingan AS-Cina memanas?

Uni Eropa sudah menjadi mitra strategis Indonesia sejak lama. Kerja sama pertahanan Indonesia dan Uni Eropa terjalin dengan baik hingga kini. Kerja sama pertahanan Indonesia dengan Uni Eropa diyakini banyak pakar dapat memainkan peran penting untuk meredam ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina.

Apakah Anda melihat Prancis berupaya “menanam pengaruh” di Indo Pasifik dengan meningkatkan intensitas kerja sama pertahanan dengan Indonesia?

Prancis memang memiliki kepentingan di Indo-Pasifik mengingat sebagian wilayah teritorialnya ada yang berada di perairan Samudera Hindia dan ada juga yang berada di Samudera Pasifik. Prancis sejak lama memiliki kebijakan luar negeri untuk menjalin kerja sama pertahanan dengan banyak negara di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Indonesia. Justru diplomasi pertahanan Indonesia yang dirasakan meningkat signifikan telah menarik perhatian Prancis.

Bagaimana Anda memandang gestur diplomasi antara Indonesia-Prancis, Jokowi-Macron?

Diplomasi Presiden Jokowi dan Presiden Macron memiliki gestur yang baik. Masyarakat internasional melihatnya sebagai peluang bagi Indonesia untuk memimpin G-20 setahun ke depan. Tidak mudah bagi suatu negara mendapat kepercayaan internasional seperti yang diberikan kepada Presiden Jokowi. Bagi Prancis, kepemimpinan Indonesia atas G-20 juga memberi kesempatan untuk memanfaatkan hubungan baik Indonesia dan Prancis meningkatkan pertumbuhan ekonomi bersama.

Apakah Pakta Aukus akan memacu perlombaan senjata, pengadaan alutsista dan unjuk kekuatan militer di Kawasan Asia Tenggara?

Kita memang patut waspada dengan perkembangan AUKUS tetapi pengaruhnya belum tentu menyebabkan perlombaan senjata. Masih banyak faktor dan peluang yang dapat ditawarkan untuk AUKUS agar bisa berperan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan.

Pasca kehadiran Aukus yang menghadang kekuatan Cina, apakah Prancis akan memainkan strategi sebagai kekuatan penyeimbang di Asia Pasifik?

Pasca AUKUS, tentunya peluang bagi banyak negara untuk bisa berperan meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan, termasuk Prancis. Indonesia selalu siap bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki niat bersama menjaga ketertiban dan perdamaian dunia.