Home Ekonomi Pemerintah Diminta Setop Impor Alat Swab Antigen

Pemerintah Diminta Setop Impor Alat Swab Antigen

Jakarta, Gatra.com – Pemerintah diminta untuk menghentikan impor alat kesehatan (Alkes), khususnya alat tes antigen Covid-19 yang telah diproduksi di dalam negeri. Desakan tersebut disuarakan ribuan karyawan PT Taisha Alkes Indonesia.

Mereka menyampaikan apsirasinya tersebut dalam aksi unjuk rasa di perusahaannya dan mendesak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyetop impor alkes swab tes antigen dan memprioritaskan penggunaan buatan dalam negeri.

Para karyawan juga meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil kebijakan memperhatikan nasib mereka yang terancam pemutusan hubungan kerja (PHK). Sisca, salah satu orator dalam aksi tersebut, menyampaikan, penggunakan alkes swab antigen hasil produksi dalam negeri dapat membantu buruh.

“Kami meminta kepada Pak Presiden untuk lebih memperhatikan lagi penggunaan swab antigen di Indonesia dengan lebih mengutamakan produk dalam negeri agar nasib kami bisa terselamatkan. Kita di sini produksi terus sampai stok menumpuk,” katanya dalam keterangan yang diterima pada Kamis (9/12).

Sementara itu, pihak manajemen PT Taishan Alkes Indonesia (PT TAI), membenarkan soal menumpuknya persediaan alat swab antigen di perusahaannya. Komisaris PT TAI, Cahyadi Burhan, menyampaikan, stoknya ada sekitar 30 juta psc.

Cahyadi mengatakan, Presiden Jokowi sebenarnya telah mendukung industri dalam negeri dengan mengeluarkan Perpres Nomor 12 Tahun 2021 yang mewajibkan produk-produk lokal untuk dibeli apalagi yang TKDN-nya di atas 40%.

“Akan tetapi, kenyataannya pemerintah terkait tidak melakukan pembelian berdasarkan peraturan yang sudah dibuat oleh Pak Jokowi,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, awalnya berinvestasi di produksi alat kesehatan karena adanya peraturan yang mendukung produk lokal sebagaimana diatur dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2021 tersebut. Terlebih lagi, Presiden Jokowi telah membentuk gerakan bangga buatan Indonesia untuk mendukung produk lokal yang diketuai oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.

“Namun kenyataannya, sekarang ini kami sendiri ini tidak pernah diperhatikan, tidak pernah dilirik, tidak pernah ada yang menghubungi,” ungkapnya.

Cahyadi melanjutkan, alat swab antigen yang diproduksi perusahaannya sudah sangat banyak. Per harinya mencapai sekitar 1,2 pcs meskipun piahknya hanya memberlakukan 2 shift kerja. Kalau 3 shift, produknya bisa mencapai 1,6 juta pcs.

Karena itu, ia mempertanyakan soal anggaran Kemenkes yang mencapai Rp2 triliun untuk alkes. Menurutnya, dengan anggaran sejumlah tersebut, pemerintah seharusnya bisa menyerap alkes produksi lokal.

“Kenapa lokal yang efisien tidak dibeli? Kalau alasannya tidak sanggup suplai, Rp2 triliun dibagi 30 ribu itu hanya 60 juta pcs, sementara produksi kami 1,2 juta pcs bisa kami selesaikan dalam 2 bulan,” katanya.

Cahyadi menyebutkan, saat ini yang menjadi temuan dan sudah beredar di media sosial bahwa Kemenkes telah mengklik di e-katalog dengan harga Rp86.000 per pcs sebanyak 1,5 juta pcs yang total anggarannya itu mencapai Rp129 miliar. Harusnya, dengan alkes produksi lokal seharga Rp30.000 per pcs, itu sangat menghemat anggaran.

“Produk kami sudah memiliki izin edar AKD, sudah lolos uji validitas di laboratorium dan universitas yang ditunjuk oleh Kemenkes, sudah memiliki sertifikat TKDN 48%, memiliki sertifikasi CE dan EC REP,” ungkapnya.

Selain itu, kata Cahyadi, produk miliknya sempat diekspor ke Irlandia dan Thailand yang pelepasannya dihadiri oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang. Dengan demikian, kualitas alkes swab antigen yang diproduksi pihaknya sudah diakui dunia internasional.

“KSP pun sudah pernah mengunjungi kami dan mendukung kami sepenuhnya. Kami pun sudah mendapatkan sertifikasi halal, untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada umat muslim yang menggunakan dan kami pun sudah masuk di catalog Capaian Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh 2021,” katanya.

526