Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan Penghargaan Desa Budaya sebagai bentuk apresiasi terhadap warga dan pemerintahan desa yang telah membuat lompatan besar dalam menggerakkan ekosistem budaya di daerahnya. 

Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid menjelaskan, bahwa peran aktif dan kolaborasi antara warga, perangkat desa dan pendampingan oleh Daya Desa serta Penggiat Budaya telah berhasil menghasilkan program yang komprehensif. Penghargaan ini juga merupakan Muara dari program Pemajuan Kebudayaan Desa yang diklaim Hilmar telah memberdayakan sekitar 2.000 warga dari 270 desa 

"Penghargaan Desa Budaya ini merupakan bentuk pengakuan terhadap jerih payah dan perujuangan teman-teman terhadap pemajuan kebudayaan di desa masing-masing, ujar Hilmar dalam pidatonya dilam kegiatan Penghargaan yang dipantau secara daring, Jumat (17/12).

Lebih lanjut, Hilmar juga menyebut bahwa bahwa program ini momentum yang mempertemukan dua perundang-undangan, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Menurut Hilmar, keduanya memiliki semangat untuk menggali kekuatan masyarakat dari tingkat desa. Dirinya pun menggarisbawahi peran desa sebagai akar atau asal identitas budaya Indonesia. 

"Indonesia dibentuk dari desa dan budaya itu letaknya ada di desa. Bukan di kabupaten, kota, provinsi atau bahkan nasional. Itulah energi sesungguhnya, tegasnya. 

Sementara itu, dalam sambutannya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, pun menyatakan bahwa pencapaian Desa Budaya yang diketahuinya selama ini sangat inspiratif.

"Pemberian penghargaan Desa Budaya ini dapat menjadi inspirasi bagi desa lain dan juga bisa menjadi bahan pembelajaran para siswa dan pelaku pendidikan, merdeka belajar merdeka budaya," pungkasnya.

Diketahui, ada 5 desa yang diganjar penghargaan dan hadir secara langsung, yaitu: Desa Maitara Utara, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara; Desa Mulyasari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat; Desa Pedalaman, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat; Desa Tandeallo, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat; dan Desa Tanjung Mas, Kabupaten Aceh Singkil, Aceh.