Home Kebencanaan Pantau Semeru, Kamera Termal Akan Ditambah di Besuk Kobokan

Pantau Semeru, Kamera Termal Akan Ditambah di Besuk Kobokan

Lumajang, Gatra.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana melengkapi sistem pengamatan di Pos Pemantauan Gunung Semeru. Selain itu, juga melakukan modernisasi sejumlah peralatan pemantauan di tempat tersebut.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menyebut salah satu upaya yang akan segera diwujudkan adalah pemasangan kamera termal di area sungai Besuk Kobokan. Hal ini dilakukan guna mendeteksi suhu luncuran awan panas ketika terjadi erupsi.

“Kalau sekarang baru efektif ke daerah yang kelihatan spotnya, nanti kita lihat apakah potensi awan panas guguran (APG) akan ke daerah lain atau tidak. Di situ kamera termal akan kita lengkapi,” tutur Arifin usai meninjau aktivitas Gunung Semeru, Jumat (17/12).

Arifin mengatakan, pihaknya sedang memikirkan cara untuk memasang kamera termal ke titik pengamatan yang lebih dekat. Sebab, kondisi terkini belum memungkinkan tim mendekat ke atas karena masih tertutup kabut.

“Peralatan lainnya juga akan segera ditambah dan disesuaikan dengan peta kawasan rawan bencana yang terbaru,” imbuhnya.

Menurut Arifin, early warning system (EWS) di Gunung Semeru sudah berjalan sesuai mekanisme yang berlaku di setiap titik pemantauan gunung api. Jika ada indikasi atau kenaikan aktivitas gunung api, maka perkembangan itu akan selalu terpantau.

“Hasil pemantauan tersebut akan selalu disampaikan kepada masyarakat melalui saluran komunikasi, yakni grup WhatsApp yang beranggotakan BPBD, camat, kepala desa, tokoh masyarakat setempat, dan para relawan,” terangnya.

Diketahui, Badan Geologi Kementerian ESDM telah menaikkan status Gunung Semeru, dari level II (waspada) menjadi level III atau siaga. Penetapan ini berlaku sejak Kamis (16/12) pukul 23.00 WIB.

Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, menjelaskan bahwa peningkatan status tersebut dilakukan mengingat aktivitas Gunung Semeru masih tinggi. Selain itu, juga telah terjadi pertambahan jarak luncur awan panas guguran dan aliran lava dari puncak Semeru.

“Badan Geologi mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang [sungai] Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer (km) dari puncak atau pusat erupsi,” ungkapnya.

Di luar jarak itu, masyarakat diimbau tidak berkegiatan pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Pasalnya, area ini berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

“Masyarakat juga tidak boleh memasuki dan tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” tambahnya.

Eko menuturkan, warga perlu mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama, sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

244