Home Gaya Hidup Harlah ke-6 JP3M, Ning Nawal: Santri Putri Juga Harus Berfikir Kritis

Harlah ke-6 JP3M, Ning Nawal: Santri Putri Juga Harus Berfikir Kritis

Wonosobo, Gatra.com – Jam'iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Mubalighoh (JP3M) memperingati hari lahir yang ke-6 di Ponpes al-Mubarok, Manggisan, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (18/12).

Salah satu rangkaian yang digelar adalah seminar dengan tema “Urgensi kutubusalaf di Era Disrupsi”. Seminar ini menjadi bagian dari upaya JP3M mengawal santri-santri di bawah JP3M mampu mendunia.

Bertindak sebagai pembicara dalam seminar tersebut adalah Ning Nawal Taj Yasin, istri dari wakil Gubernur Jateng, Nyai Rossa Mahrusah yang merupakan Dubes Indonesia untuk Aljazair 2016-2020 serta ning Imaz Fatimatuzzahra, Anggota Lajnah Bahtsul Masail Lirboyo yang juga seorang influencer.

Ning Nawal dalam sambutannya memberikan apresiasi luar biasa pada JP3M yang telah menyelenggarakan bahtsul masail putri. “Santri putri juga harus memiliki skill public speaking dan berfikir kritis, dan bahtsul masail dapat menjadi media pembelajarannya,” ujarnya.

Wakil Gubernur Jawa Tengah Gus Yasin memberikan apresiasi yang tinggi kepada JP3M telah menunjukan pada masyarakat wajah pesantren yang sesungguhnya. Menurut Gus Yasin, wajah pesantren adalah akhlakul karimah karena pondasi pesantren adalah adab dan ilmu. “Dan pesantren adalah lembaga pendidikan yang didirikan para ulama yang wira'i dan keilmuanya di dapatkan melalui riyadhoh,” tuturnya.

Ketua umum JP3M Nusantara, Nyai Hj. Hanik Maftukhah Afif, mengatakan Harlah JP3M ke-6 yang mengambil tema menguatkan peran bu nyai dalam membangun ketahanan pesantren di era pandemi. Rangkaian harlah ini meliputi Bahtsul Masail putri, seminar nasional, Rapat Kordinasi pengurus pusat, Bazar dan ditutup acara puncak Harlah.

Menurut Nyai Hj.Hanik Maftukhah Afif, JP3M yang menaungi para ibu nyai nusantara sangat berkomitmen bagi kemanfaatan umat. Untuk itulah program-program JP3M menyasar bukan saja penguatan ilmu-ilmu salaf sholeh tetapi juga ilmu modern, hingga gerakan sosial dan budaya.

792