Home Nasional Jelang Nataru, Habib Syakur Ajak Antarumat Beragama Gelorakan Toleransi

Jelang Nataru, Habib Syakur Ajak Antarumat Beragama Gelorakan Toleransi

Jakarta, Gatra.com – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid, mengajak seluruh anak bangsa untuk menggelorakan semangat toleransi antarumat beragama menjelang Natal 2021 dan tahun baru (Nataru) 2022.

“Dalam mendekati Natal dan tahun baru saat ini, kita harus hidup dalam tenggang rasa, saling menjaga perasaan, saling mawas diri terhadap lingkungan sekitar,” katanya dalam keterangan tertulis pada Senin (20/12).

Menurutnya, antarumat beragama harus bersatu melakukan prementif atau pencegahan, seperti imbauan pencegahan atas upaya doktrinisasi paham radikal kelompok terorisme berkedok agama.

Syakur juga mengajak masyarakat untuk menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarkat (Kamtibmas). Ia menyampaikan hal tersebut karena biasanya para kelompok paham radikal, intoleran, dan ekstremis, memanfaatkan momentum tertentu untuk melakukan aksinya, bahkan berupa aksi bom.

Menurut Syakur, seluruh elemen anak bangsa harus membangun komunikasi serta membantu aparat keamanan, yakni Polri dan TNI dalam menjaga Kamtibmas di lingkungannya masing-masing.

Syakur optimistis bahwa rakyat Indonesia yang telah terbiasa hidup dalam keharmonisan antarumat beragama, akan mampu mengikis perkembangan paham radikal yang dibawa oleh kelompok-kelompok tertentu demi memaksakan ideologi mereka yang jelas bertentangan dengan Pancasila.

“Pertahanan keamanan rakyat semesta itu harus diemban sendiri oleh rakyat. Karena rakyat adalah pemilik mayoritas saham di negara tercinta ini. Kita wajib menciptakan kedamaian, toleransi, saling menghargai pendapat. Di sini akan terbentuk ciri khas insan suci Pancasila,” katanya.

Habib Syakur menjelaskan, jika antarumat beragama sadar akan pentingnya kerukunan, maka otomatis tindakan-tindakan radikalisme akan terkikis habis.

Selain menjaga kerukunan, setiap warga negara juga wajib menjaga wilayahnya, semua tempat ibadah, dan keamanan, serta memastikan situasi kondusif saudara berlainan agama ketika mereka sedang melaksanankan ibadah, termasuk Natal.

Meski optimistis, Syakur mengaku miris bahwa dalam 20 tahun ini toleransi antarumat beragama mulai terkikis karena ada yang membawa paham Wahabi dan Salafi ke Indonesia. Paham tersebut melahirkan cikal bakal radikalisme yang akan menganggu keharmonisan antarumat beragama. Penganut paham radikal bukan hanya memusuhi antarumat beragama, tetapi juga seagama namun beda aliran.

Karena itu, Syakur mengajak seluruh anak bangsa untuk mencegah dan mengikis paham radikal dengan melakukan sosialisasi akan bahaya paham tersebut di wilayahnya masing-masing. “Mari sama-sama menciptakan kerukunan,” katanya.

457