Home Ekonomi Tiga Komoditas Pasar Bergolak, Daya Beli Anjlok

Tiga Komoditas Pasar Bergolak, Daya Beli Anjlok

Karanganyar, Gatra.com- Daya beli konsumen cenderung belum pulih. Kondisi ini diperparah gejolak pada sejumlah barang kebutuhan pokok. Situasi tersebut terungkap saat sidak ke pasar tradisional oleh tim pengendali inflasi daerah (TPID) Kabupaten Karanganyar di sejumlah pasar tradisional, Rabu (22/12).

Tim mendapati pasokan minyak goreng curah maupun kemasan tidak normal. Harganya pun melejit. Untuk minyak goreng curah Rp19 ribu perkilo, Bimoli kemasan Rp20 ribu per liter dan merek lain Rp19.500 per liter. Kenaikan harganya nyaris dua kali lipat. Harga sembako paling kentara kenaikannya pada telur ayam negeri, dimana tiap hari naik Rp1.000-Rp1.500. Saat ini, menyentuh Rp26.500 perkilo. Sedangkan cabai rawit merah atau cabai sret Rp80 ribu perkilo.

“Salesnya enggak lagi memasok migor. Dari sananya memang barang susah. Saya terpaksa menyetok di toko swalayan grosir. Mahal juga. Migor berkemasan merek sudah Rp37 ribu per dua liter. Sedangkan migor curah Rp302 ribu per 17 liter. Itu pun saya melayani pesanan saja dari rumah makan,” kata Watik, pedagang Pasar Jungke kepada Gatra.com, di sela sidak, Rabu (22/12).

Harga sembako naik ternyata tak dibarengi ramainya transaksi. Watik mengaku penjualannya justru turun 25 persen. Para pembeli mengurangi belanja. Ia menyontohkan, telur yang biasanya dibeli perkilo, turun separuhnya di tiap transaksi. Pembeli mengakui akibat harganya mahal. “Beli telur hanya setengah kilo atau seperempat saja. Enggak seperti dulu,” katanya.

Kasi Distribusi dan Cadangan Makanan Dispertan PP Karanganyar, Budi Sutrisno berhasil menggali penyebab sejumlah komoditas sembako bergejolak jelang natal dan tahun baru.

“Telur mahal karena saat ini membarengi penyaluran bantuan sembako pemerintah. Juga karena gangguan produksi telur akibat musim penghujan. Sedangkan cabai rawit merah atau cabai sret mahal karena terjadi gagal panen. Pemicunya lalat buah. Cabai tidak sampai matang sudah membusuk. Lalu untuk migor, itu problem CPO (crude palm oil). Produksinya menurun,” katanya.

Ia tak menampik daya beli masyarakat masih rendah selama Pandemi Covid-19. Meski mendekati nataru, tetap saja belum terligat kenaikan transaksi signifikan pada komoditas bahan pokok.

Kabag Perekonomian Sri Asih Handayani kondisi demikian dirasakan rata-rata pasar tradisional. Mengenai opsi operasi pasar sembako, hal itu belum akan dilakukan.

“Meski beberapa jenis sembako mahal, tapi masih tersedia. Belum terjadi kelangkaan. Hasil sidak akan dilaporkan ke bupati, berhara langkah solutif. Kondisi pasar terus diupdate. Semoga tetap kondusif sampai momen natal dan tahun baru,” katanya.

1203

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR