Home Politik Kanibal Politik Disebut Bercokol di Parpol, Bareng Buzzer Bikin Demokrasi RI Porak Poranda

Kanibal Politik Disebut Bercokol di Parpol, Bareng Buzzer Bikin Demokrasi RI Porak Poranda

Yogyakarta, Gatra.com - Maraknya buzzer dan kanibal politik dianggap menggerus demokrasi di Indonesia saat ini. Masyarakat sipil diharap terus mengawal perkembangan demokrasi di Indonesia.

Hal itu disampaikan pengajar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bachtiar Dwi Kurniawan, dalam webinar “Menahan Laju Regresi Demokrasi dan Kegagalan Politik Desentralisasi di Indonesia” gelaran UMY.

“Saat ini kebebasan berserikat mengalami kemunduran. Banyak tekanan terhadap kebebasan publik saat ini. Banyak buzzer politik yang bergerak meneror dan mematikan semagat berekspresi dan berdemokrasi yang kita rasakan diawal reformasi,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Rabu (29/12).

Bachtiar juga menyebut praktik kanibalisme politik yang terjadi di tubuh partai politik yang terkait dengan proyeksi pemilu atau pilkada. Menurutnya, kondisi itu bagian dari demokrasi politik pasar bebas.

"Pemilu 2014 dan 2019 terjadi liberalisme politik dan terjadi kanibalisme politik bahkan di dalam tubuh partai politik itu sendiri-- tidak hanya dengan partai yang lain. Kanibalisme politik berlangsung berasal dari proses pemilu di mana masyarakat juga mengharapkan hadiah yang diberikan oleh calon yang diusung.” katanya.

Sebelumnya mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas menjabarkan saat ini Indonesia mengalami kemunduran demokrasi. Bahkan, kata dia, demokrasi Indonesia tengah sekarat. Menurutnya, isu mengenai korupsi digeser oleh isu radikalisasi dan intoleransi agar menenggelamkan isu korupsi. “Ada indikasi kuat pengalihan isu-isu terhadap korupsi yang sistemik dan terstruktur dialihkan ke isu-isu intoleransi dan radikalisasi,” katanya.

Adapun pakar politik Islam, Azyumardi Azra, menyebutkan bahwa banyak penyimpangan saat ini didukung oleh oligarki yang sangat kuat. “Pemerintahan demokrasi harus senantiasa mengembangkan iklim dan suasana kewargaan demokratis yang membuat masyarakat sipil dinamis. Hanya dengan kewargaan demokratis, civic culture, keadaban (civility dan masyarakat sipil aktif dan bergairah, demokrasi bisa menguat dan berkelanjutan,” ujarnya.

 

363